Pertamina ONWJ Terus Atasi Dampak Tumpahan Minyak Di Lepas Pantai Karawang
Sabtu, 10 Agustus 2019, 20:32 WIBBisnisNews.id -- Pertamina Hulu Energi Offshore North West Jawa)(PHE ONWJ) melakukan upaya pengendalian dan mematikan sumur YYA-1 dengan melakukan pengeboran sumur relief well (YYA-1 RW). Pengeboran mulai dilakukan pada 1 Agustus 2019 dengan menggunakan rig Soehanah yang berdiri sekitar 1 kilometer dari anjungan YY, tempat sumur YYA-1 berada.
"Pengeboran Relief Well telah mencapai kedalaman 1.308 meter (lebih dari 4.000 feet) dari target 2.765 meter (sekitar 9.000 feet), Pengeboran diameter 17-1/2," kata VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman saat dikonfirmasi BisnisNews.id di Jakarta, Sabtu (10/8/2019) malam.
Rencananya, lanjut dia, sumur relief well ini akan menembus sampai kedalaman sekitar 2.765 meter. Dengan pengeboran relief well ini, diharapkan dapat menutup sumur YYA-1 sehingga dapat menghentikan tumpahan minyak.
Sementara, terkait penanganan tumpahan ninyak di Perairan dan Pesisir Pantai Karawang, menurut Fajriyah, pada Sabtu, 10 Agustus 2019, PHE ONWJ menggelar oil boom sepanjang 8.400 meter untuk menghalau tumpahan minyak di perairan dan di pesisir pantai. Selain itu, PHE ONWJ juga mengerahkan 3.793 personil di darat dan laut, serta mengerahkan 44 unit kapal.
"Oil boom yang digelar tersebar di sejumlah titik. Di perairan, PHE ONWJ menggelar 4.200 meter static oil boom di lapis pertama dan 400 meter di lapis kedua. Selain itu, PHE ONWJ juga menempatkan 700 meter moveable oil boom, dan ditambah bantuan 400 meter oil boom di FSRU Nusantara Regas," jelas Fajriyah.
Untuk di pesisir, papar jubir Pertamina itu, PHE ONWJ menggelar 2.700 meter oil boom yang tersebar di 6 lokasi, yaitu Cemara Jaya, Sedari, Tambak Sari, Tanjung Pakis, Pantai Bakti, dan Sungai Buntu.
Didukung 3.793 personil
PHE ONWJ didukung 3.793 personil yang terbagi dua kelompok yaitu 937 personil bertugas di perairan dan 2.856 bertugas di daratan. Dukungan personil ini terdiri dari elemen Oil Spill Combat Team (OSCT), TNI Polri, dan elemen masyarakat sekitar.
"Operasi pembersihan tumpahan minyak di perairan didukung dengan 44 unit kapal. 10 unit kapal diantaranya bertugas untuk oil combat. Selebihnya bertugas untuk pengejaran dan pengepungan minyak yang tercecer, pengangkut tumpahan minyak, patroli, dan siaga back up pemadam kebakaran," tukas Fajriyah.
Aspek Masyarakat
Fajriyah menambahkan, PHE ONWJ menempatkan 5 posko medis di Cemara Jaya, Sungai Buntu, Sedari, Tambak Sari, Muara Beting. Posko tersebut didukung 5 orang dokter, 35 tenaga medis, dan diperkuat dengan 5 unit ambulance yang dilengkapi dengan peralatan medis dan obat-obatan.
"Ambulance tersebut siaga di Cemara Jaya, Sungai Buntu, Sedari, Tambak Sari, dan Muara Beting," urai Fajriyah.
Sedangkan di Kepulauan Seribu, terang Fajriyah, PHE ONWJ menempatkan 1 tim medis yang terdiri dari 1 orang dokter dibantu 2 tenaga medis dan perahu ambulance bekerjasama dengan puskesmas Pulau Tidung dan Pulau Lancang.
Seperti diketahui, Posko kesehatan PHE ONWJ tersebut telah melakukan pengawasan kesehatan, pemeriksaan, dan pengobatan untuk sekitar 500 orang warga masyarakat (pemeriksaan harian per 9 Agustus 2019).
Pemerintah Kabupaten Karawang membentuk Tim Kompensasi yang terdiri dari Lintas Dinas, Muspida, Muspika dan PHE ONWJ untuk penanganan kompensasi masyarakat akibat tumpahan minyak. Tim tersebut akan melakukan beberapa hal seperti merumuskan dan menetapkan standar nilai kompensasi sesuai hasil verifikasi.
"Masyarakat terdampak akan menyampaikan pengaduan kerugian ke posko pengaduan yag didirikan di setiap desa terdampak, kemudian dilakukan inventarisasi dan verifikasi oleh tim untuk memastikan data kerugian," tegas Fajriyah.(helmi)