Pertamina Terapkan Metode Pengeboran High Pressure High Temperature
Kamis, 05 September 2019, 19:32 WIBBisnisNews.id -- Pertamina Hulu Mahakam (PHM) merencanakan penerapan metode pengeboran High Pressure High Temperature (HPHT) di lapangan Tunu pada 2020. Untuk itu, terus dibuat perencanaan dan arsitektur pengeboran yang khusus dan seksama. Kegiatan pengeboran nantinya akan menghadapi tantangan tekanan reservoir yang tinggi (>13.000 Psia) dan suhu gas yang sangat panas (>160oC).
"Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengintegrasikan produksi dari sumur-sumur HPHT itu dengan fasilitas produksi yang sudah ada, karena tidak dirancang untuk produksi gas yang menggunakan teknologi HPHT," ungkap General Manager PHM, John Anis, dalam paparannya di ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2019, di Jakarta.
Sebagaimana diketahui, lanjut dia, karakter reservoir di WK Mahakam sangat unik karena lokasinya yang berada di delta Sungai Mahakam, dikenal dengan deltaic system. Di WK ini reservoir minyak dan gas berbentuk seperti ribuan kantong-kantong kecil yang tersebar di area rawa dan laut seluas lebih dari 3.000 km2, dengan kedalaman hingga 5.000 meter.
"Oleh sebab itu, produksi Mahakam sangat tergantung dari pengeboran sumur-sumur baru, karena reservoir-reservoir itu tidak terkoneksi satu sama lain. Sejauh ini berbagai reservoir di main zone telah diproduksi, sehingga untuk kelanjutan WK Mahakam maka diproduksi sumur-sumur di shallow zone (zone dangkal), dan ke depan dikembangkan sumur-sumur High Pressure High Temperature (HPHT)," kata John Anis.
Para engineer di PHM, jelas John Anis, kini terus mengembangkan teknik dan metode yang aman untuk menghasilkan gas di zona-zona dangkal yang sebelumnya dinilai berbahaya untuk diproduksi, atau dinamakan Shallow Gas Development. Sejauh ini upaya tersebut mencapai tingkat keberhasilan yang baik karena telah dibor lebih dari 200 sumur di zona ini tanpa ada insiden apa pun dan gasnya dapat diproduksi.
"Ke depan, Shallow Gas Development yang telah sukses di kawasan rawa-rawa (swamp area) akan dikembangkan juga ke lapangan-lapangan yang ada di lepas pantai (offshore)," papar John Anis.
Kembangkan Arsitektur Sumur
Para ahli perminyakan di PHM juga telah mengembangkan arsitektur sumur yang lebih sederhana (light architecture), sehingga mampu mempercepat pengeboran sumur-sumur baru. Sejumlah rekor pernah dicapai, yakni menyelesaikan pengeboran sumur gas dalam 3,4 hari, dan sumur minyak hanya dalam tempo 4,98 hari di Lapangan Handil.
"Aplikasi berbagai teknologi juga mempersingkat aktivitas pengeboran lebih dari 1,5 hari. Inovasi tersebut telah berhasil memangkas biaya operasi pengeboran," papar John Anis.
Dalam upaya optimasi ini, tengah dikembangkan pula design platform yang lebih tepat guna (Ultra Minimalist Platform) dengan memakai struktur Zeepod atau pun Braced Monopod, yang disesuaikan dengan kebutuhan.
“Semua inovasi teknologi dalam hal pengeboran sumur itu dilakukan tanpa sedikit pun mengorbankan faktor keselamatan,“ tegas John Anis.(helmi)