Potensi Bioenergi di Asean Belum Dimanfaatkan Secara Optimal
Kamis, 05 September 2019, 13:59 WIBBisnisNews.id -- Bioenergi merupakan tahapan penting dalam transisi energi dan berperan penting untuk mencapai target Paris Agreement. Asia Tenggara, termasuk Indonesia adalah kawasan yang kaya akan sumber daya bioenergi. Namun, potensi bioenergi di negara-negara anggota ASEAN belum dimanfaatkan secara optimal.
"Indonesia memiliki resource bioenergi yang melimpah, terutama minyak sawit untuk campuran gas oil dan juga dikonversi menjadi green diesel," kata Wamen ESDM Arcandra Tahar forum 37th ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM37) di Athenee Hotel, Bangkok, Thailand.
Dokumen IRENA Report on Global Energy Transformation (2018) memperkirakan bahwa target energi terbarukan di masa depan tidak dapat dicapai tanpa bioenergi. IPCC dalam Energy Technology Perspectives (ETP) Scenario and Biofuture Platform Report juga telah membahas bahwa tujuan pengurangan emisi global tidak dapat dicapai tanpa biofuel.
Baca Juga
Oleh karena itu, Arcandra mendorong ASEAN untuk meningkatkan kolaborasi dalam pengembangan bioenergi berkelanjutan di negara-negara ASEAN. "Laporan tersebut juga dengan jelas menyebutkan bahwa tujuan pengurangan emisi global tidak dapat tercapai tanpa hadirnya kendaraan listrik. Peraturan Presiden tentang kendaraan listrik untuk transportasi darat baru saja diterbitkan," jelas Arcandra.
Mempromosikan kendaraan listrik diperlukan bagi Indonesia untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dan juga menurunkan emisi gas rumah kaca. Untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia sendiri, peran batubara memang masih dominan sebagai sumber energi.
"Pemerintah mulai mendorong penggunaan gas dan energi terbarukan serta penggunaan Clean Coal Technology pada pembangkit listrik berbahan bakar batubara, dengan tetap mengatur tarif listrik untuk pelanggan agar tetap terjangkau," papar Arcanadra.
Upaya transisi energi dilakukan tidak hanya di sektor pembangkitan, namun juga di sektor transportasi. Indonesia telah memperkenalkan B20 (campuran 20% biodiesel pada bahan bakar diesel) yang sebagian besar disuplai dari minyak kelapa sawit. Bahkan, tahun depan Indonesia berencana untuk mengimplementasikan mandatori B30 (campuran 30% biodiesel pada bahan bakar diesel).
Sementara, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu selaku Alternate Senior Official of Energy Leader Indonesia pada Senior Official Meeting on Energy (SOME) sehari sebelumnya.
37th ASEAN Ministerial on Energy Meeting (AMEM37) merupakan forum utama para Menteri Energi ASEAN dalam menentukan arah kebijakan kerja sama energi ASEAN. Sementara SOME merupakan pertemuan tahunan antarpejabat tinggi energi ASEAN dengan para mitra wicara (dialogue partners) dan organisasi internasional.
Forum ini menjadi wadah dalam merefleksikan perubahan dinamis dalam lanskap energi global terkini, pentingnya kemampuan adaptasi, dan menangkap peluang-peluang inovasi dalam rangka pencapaian transisi energi untuk pertumbuhan berkelanjutan di negara-negara ASEAN.(helmi)