PT AirAsia Indonesia Tbk Mencatat Peningkatan Pendapatan 24 Persen, Kerugian Menurun
Rabu, 14 Agustus 2024, 22:47 WIBBISNISNEWS.id – Maskapai AirAsia Indonesia mencatat pendapatan pada semester I -2024 sebesar Rp 3,78 triliun atau meningkat 24 persen dibandingkan semester yang sama tahun 2023 sebesar Rp 3,05 triliun.
Maskapai berbiaya hemat terbaik dunia versi Skytrax ini juga merilis adanya peningkatan penumpang pada semester 1-2024 sebesar 21 persen dengan total jumlah penumpang 3,32 juta.
Direktur Utama Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine menjelaskan, tingkat keterisian penumpang (load factor) naik sebesar 4 pts atau 87 persen dibandingkan Semester I- 2023.
Sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan, dimana penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi sebesar Rp 3,2 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi dan pelayanan penerbangan sebesar Rp 518,8 miliar, serta pendapatan dari ancillary sebesar Rp 33,3 miliar dan kargo Rp 26,5 miliar.
Sedangkan pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik sebesar 8 persen atau Rp 685 miliar, dengan peningkatan jumlah penerbangan sebesar 15 persen atau 2.900 penerbangan.
Jakarta menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp 1,63 triliun, diikuti oleh Denpasar senilai Rp 1,38 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp 488,54 miliar dan Rp 278,84 miliar.
Adapun peningkatan pendapatan usaha semester I-2024 tercatat sebesar 24 persen atau sebesar Rp 733 miliar, diikuti peningkatan biaya operasional sebesar 19 persen dari tahun sebelumnya atau Rp 665 miliar. Biaya yang dimaksud tidak mencakup laba/rugi selisih kurs dari transaksi dalam mata uang asing.
Pada Semester 1- 2024, Indonesia AirAsia telah meresmikan dua rute baru, yaitu Denpasar-Lampung dan Jakarta-Kota Kinabalu. Sementara pada bulan Agustus 2024, Indonesia AirAsia akan meresmikan empat rute internasional baru, yaitu Jakarta-Bandar Seri Begawan, Denpasar-Kota Kinabalu, Denpasar-Phuket, dan Denpasar-Cairns. Hal ini akan diikuti dengan pembukaan rute-rute baru lainnya ke beberapa negara di Asia di Semester 2 2024.
Pada sisi lain, di periode yang sama 2024 AAID/CMPP mengalami kerugian sebesar Rp 581,91 miliar, jika dibandingkan dengan Semester 1 2023 ada perbaikan kerugian sebesar 5 pts.
Kerugian yang dimaksud tidak mencakup laba/rugi selisih kurs dari transaksi dalam mata uang asing.
(*/Syam)