Rahasia AirAsia Mendulang Sukses di Pasar Global
Jumat, 12 Juli 2019, 22:17 WIBBisnisnews.id - Implementasi teknologi pada sejumlah aplikasi layanan menjadi kunci sukses AirAsia Group menekan biaya tinggi operasi, di tengah kelesuhan industri penerbangan.
Selain itu juga, adanya dukungan bisnis lain yang diintegrasikan dengan layanan penerbangan secara sistematis. Dimana, penerbangan hanya bagian kecil dari seluruh bisnis yang dikelola AirAsia.
Artinya, AirAsia group menawarkan banyak pilihan kepada pelanggannya dalan satu sistem. Mulai dari pesanan tiket online, penginapan (hotel), kuliner, destinasi wisata dan asuransi.
Deputy Group CEO Airlines Business AirAsia, Bo Lincam mengakui, dukungan bisnis lain yang terintegrasi dengan layanan penerbangan, membuat perseroan tetap konsisten dalam melayani pelanggan , khususnya harga penjualan tiket pesawat, disaat industri ini berada dalam bentangan tingginya biaya operasi.
Terkait konsistensi harga tiket pesawat ini, kata Lincam, diterapkan perseroan bukan hanya di Indonesia untuk maskapai Indonesia AirAsia tapi juga negara lain, diantaranya Malaysia, Thailand dan Filipina.
"Ekosistem bisnis yang kami bangun ini menjadi kekuatan besar bagi manajemem dalam mendongkrak peningkatan kinerja perseroan," tuturnya, Jumat (12/7/2019) dikantor Pusat AirAsia Kualalumpur Malaysia.
Empat bisnis penopang kinerja keuangan si burung besi yang sekarang telah mendunia itu ialah, Life style (restoran, e-commerce,) Logistik atau pangsa pasar kargo, financial technolog (FinTech) seperti asuransi.
Sektor bisnis asuransi yang digawanginya dijadikan rajutan terhadap seluruh core business, dimana satu sama lain salin terikat dalam satu jaringan pasar.
"Maskapai ini hanya satu bagian kecil diantara bisnis lainnya yang kami kelola. Karena itu kami konsisten, melepas tiket dengan harga terjangkau," tuturnya.
Kendati disadari, titik kunci pasar global adalah kompetisi namun, regulasi di moda angkutan udara ini tetap yang terdepan. Yaitu, keselamatan dan kenyamanan para pelanggannya.
Terkait kegaduhan harga tiket mahal di Indonesia, dimana pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian bersama Kementerian Perhubungan dan stakeholder terkait yang memaksa menekan harga tiket pesawat kelas ekonomi atau LCC hinga 50 persen dari Tarif Batas Atas (TBA), AirAsia Group seperti abai.
Bisnis penerbangan besutan Tony Fernandes ini, terus berjalan mengikuti kemauan pasar. Kompetisi, adalah cara paling tepat dalam menyuguhkan pelayanan terbaik untuk menarik pelanggan serta kosisten sejak awal sebagai maskapai LCC.
"Ketika pemerintah Indinesia bersama stakeholder terkait sepakat menurunkan tarif, kami seperti biasa, tarif kami sudah berada jauh di bawah batas atas, sesuai daya beli masyarakat pelanggan," tutur Lincam.
Lincam mengatakan, tarif terjangkau LCC Indonesia AirAsia tidak ada hubungannya dengan tekanan pemerintah Indonesia. Tarif LCC yang dijual selama ini, adalah standar LCC AirAsia Group dan berlaku di seluruh negara yang diterbangi.
Group Head Communications AirAsia, Audrey Progastama menambahkan, terkait pengembangan bisnis keuangan, seperti asuransi dan fintec yang terintegrasi dengan Indonesia AirAsia, tetap menunggu restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kalau di Malaysia asuransi dan fintec ini sudah jalan, di Indonesia masih menunggu restu OJK," tutur Audrey.
Contohnya seperti Big pay yang sudah ber jalan di Malaysia. Khusus produk big pay ini, bukan hanya sekesar aplikasi seperti pada umumnya di pengembangan fin tech tapi diimplementasikan dalam bentuk kartu, sehingga memudahkan masyarakat yang menjadi pelanggannya.
Terobosan lain yang dilakukan perseroan dalam mewujudkan efisiensi ialah memaksimalkan alat produksi dengan teknologi. Audrey menckntohkan, seperti utilitas pesawat dimaksimalkan menjadi 12 jam operasi, lama waktu pesawat berada di bandara diperpendek, seluh pelayanan pelanggan diprioritaskan via online.
Di bandingkan dengan maskapai lain sebut saja seperti Garuda Indonesia, operasional pesawat maksimal sembilan jam.
"Kendati jam operasi pesawat dimaksimalkan jadi 12 jam, keselamatan diutamakan dan waktu kerja kru tetap diperhatikan sesuai regulasi yang ada," jelas Audrey. (Syam S)