Robot Bagasi dan Skrining Wajah Ramaikan Bandara Masa Depan
Senin, 28 Agustus 2017, 00:35 WIBBisnisnews.id - Bagasi yang dikumpulkan oleh robot dan skrining wajah agar dengan cepat bisa melewati keamanan dan imigrasi adalah gambaran bandara masa depan.
Ini adalah visi para perencana saat teknologi baru diluncurkan dan mengubah pengalaman melelahkan antrian panjang di terminal yang penuh sesak menjadi sesuatu lebih menyenangkan.
Asia Pasifik memimpin namun menghadapi persaingan ketat Timur Tengah karena hub utama saling bersaing menarik jumlah pelancong jarak jauh.
Dua wilayah ini adalah kantong utama pertumbuhan teknologi karena mereka benar-benar bersaing menjadi hub global transportasi udara," kata Seth Young, direktur Pusat Studi Penerbangan di Universitas Ohio State dikutip dari AFP.
"Jika saya akan terbang dari New York ke Bangalore, apakah saya akan melakukan transfer melalui Abu Dhabi, Dubai atau Hong Kong? Itu adalah pasar yang sangat besar."
Namun perubahan tersebut juga merupakan tantangan besar yang dapat membalikkan model bisnis tua di bandara-bandara besar, dengan para analis memperingatkan operator mungkin akan menghadapi pendapatan mereka bisa mencapai miliaran dolar.
Skrining wajah pada khususnya. Changi yang dianggap sebagai bandara terbaik di dunia, siap meluncurkan teknologi biometrik ini di terminal baru yang akan dibuka akhir tahun ini.
Penumpang akan memindai wajah saat pertama kali check in dan pada tahap selanjutnya, secara teoritis memungkinkan mereka menjalani seluruh proses boarding dengan cepat tanpa petugas.
Australia mengumumkan pada bulan Juli sebuah investasi sebesar 17,5 juta dolar untuk mengenalkan teknologi skrining wajah di semua bandara internasional negara tersebut, sementara Bandara Dubai juga melakukan uji coba.
Robot bagasi
Robot muncul termasuk di bandara Incheon Seoul, mereka membersihkan dan membawa barang bawaan, sementara terminal baru Changi akan dilengkapi dengan robot pembersih lengkap dengan seragam pelayan.
Layanan check-in dan pencetakan boarding pass sendiri sudah umum dilakukan dan beberapa hub sekarang memperkenalkan layanan mandiri untuk drop bagasi.
Layanan ini memungkinkan penumpang untuk mencetak dan memberi tag bagasi mereka sendiri, kemudian mengirimkannya ke ban berjalan (conveyor belt). Tersedia di bandara Australia, Hong Kong, London Heathrow dan Schiphol Amsterdam.
Bandara juga mencoba merombak citra mereka. Changi sedang membangun kompleks terminal baru yang disebut Jewel yaitu bangunan bertingkat 10 yang penuh dengan toko-toko dan restoran dilengkapi air terjun indoor seluas 40 meter dan taman dalam ruangan.
"Mereka melihat keuntungan ritel dan non-aeronautika," kata Shukor Yusof, analis penerbangan dari Endau Analytics.
Tapi sementara hub di Asia Pasifik dan Timur Tengah melonjak, bandara di Amerika Serikat dan Eropa tertinggal.
"Eropa dan Amerika Serikat adalah pasar penerbangan terkemuka selama 75 sampai 100 tahun terakhir, dan sangat sulit merevolusi infrastruktur saat Anda berusia 75 tahun," kata Young dari Pusat Studi Penerbangan Ohio.
Dia menambahkan bahwa ini juga merupakan masalah kemauan politik, karena negara-negara berkembang melihat pembangunan bandara mutakhir sebagai cara meningkatkan status secara global.
Hub tua
Bandara di New York telah lama dikritik karena kuno, sempit dan kotor tapi JFK berharap dapat menaikkan reputasinya dengan rencana pembangunan senilai 10 miliar dolar.
Schiphol dari Amsterdam bertujuan menjadi bandara digital terdepan dunia pada tahun 2019, dan telah menguji skrining yang memungkinkan penumpang menyimpan cairan dan laptop di tas tangan mereka, termasuk teknologi biometrik.
Ada kekhawatiran bahwa inovasi yang cepat dapat mengancam cara lama menjalankan bisnis. Sebuah laporan dari konsultan Roland Berger memperingatkan bahwa pendapatan bandara dari ritel dan parkir bisa turun antara dua hingga empat miliar dolar karena inovasi baru tersebut.
Prosedur check-in otomatis bisa mengancam gerai ritel karena penumpang cenderung mengurangi waktu luang, sementara perkembangan seperti aplikasi taksi online dapat mengurangi pendapatan parkir, katanya. .
Namun, banyak bandara menghadapi kesulitan dalam mengenalkan teknologi baru, mulai dari penolakan terhadap perubahan hingga pembiayaan, kata Xavier Aymonod, pakar transportasi di Roland Berger dan penulis utama laporan tersebut.
"Ini sangat menantang bagi bandara dalam meluncurkan transformasi digital ini," katanya dikutip dari AFP. (marloft)