Rolls Royce Buka Mulut, Negara Berkembang Di Asia Ketar Ketir
Kamis, 19 Januari 2017, 19:04 WIB
Bisnisnews.id - Banyak pejabat dan perusahaan di negara berkembang Asia tengah ketar ketir akibat penemuan Serious Fraud Office (SFO) Inggris atas konspirasi penyuapan oleh Rolls-Royce di Cina, India dan pasar lainnya.
SFO mengungkapkan 12 tuduhan konspirasi penyuapan di tujuh negara, yaitu Indonesia, Thailand, India, Rusia, Nigeria, China dan Malaysia.
Berbagai kesalahan ini melibatkan perantara atau orang ketiga, yaitu perusahaan lokal yang menangani penjualan, distribusi dan pemeliharaan di negara-negara di mana perusahaan Inggris tersebut tidak memiliki SDM cukup.
Kasus dugaan korupsi atau suap ini yang dirinci oleh SFO, termasuk:
- Indonesia.
Karyawan senior Rolls-Royce setuju membayar 2,2 juta dollar dan memberikan mobil Rolls-Royce Silver Spirit lewat perantara. Ada inferensi mengatakan bahwa uang ini adalah hadiah untuk perantara yang "menunjukkan kebaikan" terhadap Rolls-Royce, sehubungan kontrak 700 mesin Trent untuk pesawat terbang.
Data yang didapat dari lembaga audit korupsi dunia, Indonesia menduduki peringkat korupsi ke 78 dari 154 negara, tidak jauh dari kenyataan.
- China.
Staf Rolls-Royce setuju membayar 5 juta dollar untuk CES, maskapai penerbangan milik negara Cina dalam negosiasi penjualan mesin T700. SFO mengatakan sebagian uang itu dimaksudkan untuk membayar akomodasi bintang empat dan kegiatan ekstrakurikuler mewah karyawan maskapai penerbangan Cina yang menghadiri kursus MBA selama 2 minggu di Universitas Columbia.
- Thailand.
Rolls-Royce setuju membayar 18.8 juta dollar untuk perantara regional. Uang itu digunakan untuk menyuap agen dari Negara Thailand dan karyawan Thai Airways, kata SFO. Harapannya agen ini bertindak demi Rolls-Royce sehubungan dengan pembelian mesin T800 oleh Thai Airways.
- India.
Rolls Royce menggunakan perantara sehubungan dengan kontrak pertahanan yang dibatasi oleh pemerintah India. "Istilah dalam beberapa kontrak Rolls Royce mengatakan tidak menggunakan jasa perantara," kata SFO. Tetapi perusahaan terus menggunakan perantara dan mengatakan pembayaran tersebut sebagai jasa konsultasi umum, bukan komisi.
Dilansir dari BBC News, Perusahaan telah meminta maaf "tanpa syarat" untuk kasus-kasus yang berlangsung hampir 25 tahun. Pengadilan Inggris memerintahkan perusahaan ini membayar 497 miliar poundsterling ditambah biaya untuk SFO. (marloft)