Tiga Negara Pantai Kembali Lakukan Hydrographic Survey di Selat Malaka
Jumat, 18 Januari 2019, 18:09 WIBBisnisnews.id - Tiga negara pantai Indonesia, Malaysia dan Singapura sepakat menindaklanjuti kegiatan
Hydrographic Survey Phase 2 atau sirvey laut untuk pembaruan Peta Laut Electronic Nautical Charts (ENC) pada perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.
Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut, Basar Antonius mengatakan, kerjasama tiga negara pantai itu ditandai dengan launching Joint Hydrographic Survey Phase 2 pada 15 Januari 2019 lalu di Batam.
'Joint Hydrographic Survey phase 2 telah dimulai pada 15 Januari 2019 yang ditandai dengan acara launching Joint Hydrographic Survey Phase 2 pada tanggal 15 Januari 2019 lalu di Batam," kata Basar (18/1/2019).
Joint Hydrographic Survey Phase 2 ini ditargetkan rampung pada Juli 2019
Meliputi 15 area yang berada di perairan Indonesia, serta enam area untuk pelaksanaan Joint Survey bersama tiga negara pantai sedangkan pelaksanaan survei hidrografi di Indonesia akan dilaksanakan pada awal Maret sampai akhir juli 2019.
Menurut Basar, Joint Hydrographic Survey Phase 2 ini merupakan kelanjutan dari phase pertama, yang mencakup area dari Traffic Separation Scheme - (TSS) di Selat Malaka dan Selat Singapura dengan kedalaman kurang dari 30 meter. Data yang diperoleh dari hasil survei ini nantinya akan dimasukkan ke dalam pembaruan Peta Laut Indonesia dan Electronic Nautical Charts (ENC) pada perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.
Pelaksanaan survey hidrografi tiga negara pantai ini dimulai dari hasil pertemuan TTEG ke-38 pada tahun 2013 di Bali, Indonesia, dimana pada saat itu Pemerintah Jepang menyatakan akan berkontribusi untuk pelaksanaan Survey Hidrografi pada 5 titik kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura (3 lokasi diantaranya berada di Indonesia).
Survey tersebut dilaksanakan dalam rangka implementasi Project-8 "Concept study on Real Time Monitoring of Under Keel Clearance in The SOMS”, yang merupakan salah satu project di bawah kerangka Cooperative Mechanism in the Straits of Malacca and Singapore.
"Kegiatan survey hidrografi pada 5 (lima) titik kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura disebut sebagai phase-1 dari pekerjaan survey hidrografi di Selat Malaka dan Selat Singapura," jelas Basar.
Selanjutnya dalam pertemuan 5th Marine Electronic Highway (MEH) Working Group pada Februari 2014 di Malaysia, Pemerintah Jepang menyampaikan maksud untuk melaksanakan survey Hidrografi lanjutan (phase-2) dengan lingkup area lebih luas meliputi seluruh Traffic Separation Scheme (TSS) di Selat Malaka dan Selat Singapura, dimana Pemerintah Jepang berkeinginan untuk bertindak sebagai kontributor tunggal.
Pada pertemuan 39th Tripartite Technical Expert Group (TTEG) 2014 di Langkawi Malaysia, Malaysia mengajukan survei hidrografi di 5 critical area, yaitu One Fathom Bank (Indonesia), Off Cape Rachado (Malaysia), Buffalo Rock (Indonesia), Off Pulau Sebarok West Side of TSS (Singapura) dan Batu Berhanti (Indonesia).
"Pelaksanaan survei hidrografi tersebut menggunakan dana hibah dari pemerintah Jepang. Pertemuan 39th TTEG selanjutnya menyetujui usulan Malaysia yang kemudian disebut sebagai Joint Hydrographic Survey in the Straits of Malacca and Singapore Phase – One," ujar Basar.
Selain itu, pada pertemuan tersebut Pemerintah Jepang juga mengajukan proposal survei hidrografi di sepanjang TSS Selat Malaka dan Selat Singapura.
Mengingat pelaksanaan Joint Hydrographic Re-survey terakhir dilaksanakan pada tahun 1996 s.d 1998 oleh JICA, maka pelaksanaan survei hidrografi di sepanjang TSS sangat diperlukan untuk pembaruan Peta Laut Indonesia serta Electronic Nautical Charts (ENC) pada perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Jepang juga mengusulkan pendanaan pekerjaan tersebut menggunakan Japan Asean Integration Fund (JAIF). (Syam S)