PT AirAsia Indonesia Tbk Catat Kenaikan Pendapatan 20 persen ke Rp 7,94 Triliun, Lakukan Ekspansi ke Rute Internasional
Jumat, 28 Maret 2025, 17:19 WIB
BISNISNEWS.id - Maskapai berbiaya hemat, Indonesia AirAsia, mencatat adanya peningkatan pendapatan 20 persen sepanjang 2024. Yakni dari Rp 6,62 triliun 2023 menjadi Rp 7,94 triliun pada Desember 2024.
Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP), Veranita Yosephine, di Jakarta, Rabu (27/3/2025) mengatakan, adanya gairah pasar domestik dan internasional.
Belum lama ini, IAA telah melakukan ekspansi pasar dengan membuka rute baru internasional, yakni Jakarta–Kota Kinabalu, Jakarta–Bandar Seri Begawan, Bali–Cairns, Bali–Phuket, Bali–Kota Kinabalu, Bali–Hong Kong, dan Jakarta–Hong Kong. Ekspansi.
“Sepanjang tahun 2024, Indonesia AirAsia terus memperluas jaringan dengan menambah sejumlah rute internasional baru, termasuk Jakarta–Kota Kinabalu, Jakarta–Bandar Seri Begawan, Bali–Cairns, Bali–Phuket, Bali–Kota Kinabalu, Bali–Hong Kong, dan Jakarta–Hong Kong. Ekspansi ini tidak hanya mencerminkan peningkatan kinerja operasional, tetapi juga memperkuat Bali sebagai hub mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian di berbagai destinasi,” tutur Veranita.
Di 2025, Indonesia AirAsia akan terus memperkuat jaringan penerbangan dengan mengkaji peluang ekspansi rute internasional, khususnya ke Australia, serta memperluas konektivitas domestik.
Langkah ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang bagi wisatawan dan pelaku bisnis, baik dari maupun ke Australia serta antarwilayah di Indonesia. Selain itu, peningkatan layanan fly-thru juga akan menjadi fokus, sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus mendorong aksesibilitas dan konektivitas udara di Tanah Air, kata Veranita.
Sepanjang tahun 2024, Indonesia AirAsia mengangkut 6,61 juta penumpang, naik sebesar 7% dari 6,18 juta penumpang pada tahun 2023. Pertumbuhan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan pendapatan PT AirAsia Indonesia Tbk (AAID/CMPP), yang juga didukung oleh bertambahnya kapasitas dan jumlah penerbangan masing-masing sebesar empat persen..
Sebagian besar pendapatan AAID/CMPP berasal dari operasi penerbangan, dimana penjualan tiket kursi pesawat berkontribusi sebesar Rp 6,73 triliun. Sumber pendapatan lainnya mencakup bagasi, pelayanan penerbangan, ancillary, kargo dan charter sebesar Rp 1,21 triliun.
Dengan 24 pesawat yang beroperasi, Indonesia AirAsia berhasil mencapai tingkat keterisian penumpang (load factor) sebesar 87 persen, meningkat dibandingkan tahun 2023 sebesar 85%. Sedangkan pendapatan per kilometer kursi yang tersedia (RASK) naik sebesar enam persen, melampaui kenaikan biaya per kilometer kursi yang tersedia (CASK) yang hanya naik satu persen.
Keseluruhan peningkatan ini juga mencerminkan efisiensi operasional dan tingginya permintaan terhadap pelayanan Indonesia AirAsia.
Menutup tahun 2024, AAID/CMPP mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,53 triliun. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kerugian tersebut adalah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dibandingkan tahun 2023. Namun tanpa rugi selisih kurs hasil operasional justru mencatatkan perbaikan keuntungan (profitability) sebesar 23% dibandingkan tahun 2023.
Adapun, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar lima persen, dari Rp 15.219 menjadi Rp 15.906 per Dolar AS. Hal ini memberikan dampak negatif rugi selisih kurs sebesar Rp 580 miliar, atau sekitar 38 persen dari total kerugian. (Syam)