12 Negara Hadiri Pertemuan ICAO di Sulawesi Selatan
Senin, 01 Juli 2019, 12:41 WIBBisnisnews.id – Sebanyak 12 negara dari 47 delegasi menghadiri pertemuan International Civil Aviation Organization (ICAO) membahas peningkatan keselamatan ruang udara di atas air, yang berlangsung 1 - 5 Juli 2019 di The Rinra Hotel Makassar, Sulawesi Selatan.
Delegasi Pertemuan ke sembilan Tim Interoperabilitas FANS - Asia (FIT-Asia / 9) negara-negara kawasan Asia - Pasifik yang hadir di antarany China, Hongkong-China, India, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapore, Srilangka, Thailand dan Vietnam serta organisasi internasional seperti IATA, IFALPA dan BOEING.
Direktur Navigasi Penerbangan, Asri Santosa mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Udara menjelaskan, saat ini teknologi telekomunikasi telah berkembang pesat, dan berdampak pada perkembangan teknologi telekomunikasi dibidang penerbangan.
Terkait peningkatan keselamatan tersebut, Indonesia sejak 29 Maret 2018, telah menerapkan Perfomance Based Communication and Surveillance (PBCS) khususnya di FIR Ujung Pandang. PBCS sebagai salah satu solusi meningkatkan keselamatan di wilayah ruang udara khususnya ruang udara di atas perairan.
“Dalam teknologi telekomunikasi penerbangan saat ini, penggunaan sistem komunikasi datalink antara pilot dan pemandu lalu lintas penerbangan dalam kerangka PBCS merupakan jawaban dari kebutuhan perkembangan teknologi komunikasi, tujuannya adalah guna mengurangi beban kerja serta mengantisipasi hal–hal yang tidak diinginkan atau human error,” jelas Asri.
Turut hadir pada pertemuan ini, Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standarisasi, AirNav Indonesia, Yurlis Hasibuan, perwakilan ICAO, Shane Summer selaku Regional Officer Air Traffic Management ICAO Asia Pacific, dan Crystal Kim selaku Technical Officer Airspace Management and Optimization Section ICAO Headquarters, perwakilan IATA, IFALPA, Sita On Air serta Boeing.
Asri menambahkan, untuk mendukung program penggunaan PBCS diseluruh wilayah udara Indonesia, akan dikembangkan Indonesia Modernization Air Navigation System (IMANS) untuk meningkatkan sistem Pelayanan Navigasi Penerbangan.
“Saya berharap melalui pertemuan ini, kita dapat bersama-sama membahas solusi terkait masalah Implementasi PBCS di Kawasan Asia Pacifik, dan bagi negara-negara yang hadir dapat memberikan masukan dan sharing terbaru dalam penerapan PBCS yang telah diimplementasikan di negaranya,” ujar Asri.
Ditempat yang sama, Yurlis Hasibuan mengatakan tujuan pertemuan tahun ini adalah meningkatkan penerapan PBCS khususnya di Kawasan Asia Pasifik seperti kemampuan komunikasi dan surveillance yang harus terpenuhi dan sesuai standar ICAO. Salah satu contohnya komunikasi transkrip dari pesawat ke ATS yang membutuhkan waktu 240 detik dan penerimaan radar membutuhkan waktu 180 detik.
“Pertemuan ini bermanfaat sekali untuk bertukar informasi dan berbagi pengalaman antar negara yang hadir. Khususnya dalam mengembangkan sistem PBCS yang telah diterapkan seperti kemampuan komunikasi dan surveillance,” tutur Yurlis.
Sementara itu, Perwakilan ICAO Asia and Pacific, Shane Summer mengatakan, ICAO sejak 2016 sudah mengeluarkan document tentang PBCS manual. “Dengan adanya PBCS yang dikeluarkan ICAO, bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan pengetahuan dalam implementasi PBCS termasuk sistem pelaporan performa datalink,” kata Shane. (Syam S)