75% Energi Indonesia Dari Fosil, Jika Tak Dikelola Jadi Bencana Kemanusiaan
Jumat, 21 Februari 2020, 23:22 WIB
BisnisNews.id -- Mantan Komite BPH Migas selama 11 tahun itu menyampaikan, energi itu sangat penting bagi rakyat Indonesia. Semua energi primer ada di Indonesia, dan selama ini sudah menjad tulang punggung pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat di negeri ini.
"Jika energi tidak ada, dapat dibayangkan betapa sulitnya kehidupan manusia. Sekitar 75% energi primer yang ada sekarang dihasilkan menggunakan energi fosil dan tak terbarukan. Oleh karena itu, jika tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi bencana bagi umat manusia di hari mendatang," ujar Ibrahim saat peluncuran bukunya, "Arah Bisnis Energi" di Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Hadir dalam kegiatan ini, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto dan Ekonom Faisal Basri yang sekaligus menjadi narasumber dalam membahas secara tuntas isi buku "Arah Bisnis Energi".
Buku ini, lanjut Ibrahim, diharapkan dapat hadir menjadi sebuah masukan, terutama bagi Pemerintah dalam menentukan dan memandu arah bisnis untuk penyediaan energi yang dapat menjadi tolok ukur dan acuan untuk pengembangan bisnis energi di Indonesia yang lebih baik lagi.
"Jika tidak pandai mengatur ketersediaan energi dengan peningkatan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bisa terjadi ketidakcukupan gas bumi pada masa tertentu" jelas Ibrahim.
Sementara, Ditemui pada saat launching, Kepala BPH Migas, M Fanshurullah Asa menjelaskan terkait bidang hilir migas secara singkat, khususnya bidang BBM dan jaringan gas.
"Konsumsi BBM total dalam setahun mencapai 75 juta KL yang terdiri dari 14,5 juta KL Jenis BBM Solar (JBT) dan 11 juta KL Premium (JBKP). Perlu kami informasikan bahwa untuk jenis Premium memang kini sudah tidak lagi disubsidi dalam APBN, tetapi dibebankan kepada Pertamina," kata dia.
Ke depan, menurut Fanshurullah, jaringan gas (jargas) akan terus dikembangkan. Ada rencana membangun sampai 10 juta sambungan rumah tangga. Jargas bisa menekan konsumsi LPG karena harganya lebih murah." ucap Ifan panggilan akrab Fanshurullah Asa.
Buku ini menyebutkan, menurut Ifan, di akhir bahwa masih ada beberapa hambatan dalam pengembangan energi nasional, misalnya pada kebijakan dan regulasi, tantangan teknis, skema bisnis, dan pendanaan.
Hal ini perlu sama-sama dicari solusinya. Perlu upaya bersama untuk mengembangkan energi yang merupakan karunia Tuhan yang luar biasa bagi bumi Indonesia.(helmi)