93 Persen Pesawat Pada Angkutan Nataru Telah Diperiksa Inspektur
Rabu, 26 Desember 2018, 11:41 WIBBisnisnews.id - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti mengatakan, sampai 25 Desember 2018, para inspektur dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara dan Inspektur dari Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah 1 sampai 10 telah melakukan rampchek di 36 bandar udara
“Sampai dengan 25 Desember telah dilakukan sebanyak 1.141 kali inspeksi terhadap 529 registrasi pesawat dan hasilnya baik serta laik terbang” kata Polana, Rabu (26/12/2018) di Jakarta.
Polana menjelaskan, pelayanan angkutan udara Nataru didukung 13 Badan Usaha Angkutan Udara (BUAU).
Total registrasi pesawat saat ini berjumlah 571 pesawat dan dioptimalkan untuk melayani angkutan udara Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 (Nataru).
“Dengan telah diperiksanya 529 pesawat maka prosentasenya telah mencapai 93 persen. Selebihnya, sebanyak enam persen sedang maintenance di hanggar dan satu persen sedang dalam proses penghapusan registrasi” tutur Polana.
Pesawat yang telah dirampcheck, terbanyak adalah jenis Boeing 737 800 NG yaitu sebanyak 339 kali pemeriksaan terhadap 139 registrasi pesawat. Hal ini dikarenakan memang jenis pesawat ini yang paling banyak beroperasi di Indonesia.
Sedangkan berdasarkan maskapai penerbangannya, maskapai Lion air adalah yang terbanyak dilakukan pemerikasaan. Sebanyak 272 kali pemeriksaan dilakukan terhadap armada Lion Air, dengan total registrasi 111 pesawat. Diikuti maskapai Garuda Indonesia dengan 240 kali inspeksi terhadap 131 registrasi pesawat. Hal ini dimungkinkan karena frekuensi penerbangan Lion dan Garuda yang tinggi.
“Satu pesawat dapat saja diperiksa beberapa kali. Misalnya setelah diperiksa di sebuah bandara kemudian setelah terbang ke beberapa bandara lain bisa dilakukan rampcheck kembali untuk pesawat dengan registrasi yang sama”, imbuh Polana menjelaskan tentang perbandingan jumlah pemeriksaan dan registrasi pesawat.
Artinya, Ditjen Hubud melakukan inspeksi dengan ketat dan berulang agar selama masa Nataru dan seterusnya dapat tercipta penerbangan yang selamat dan aman. Sejalan dengan itu, Polana mengatakan bahwa pihaknya juga melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bandara, crew pesawat dan sarana prasarana lainnya serta berkomunikasi dan koordinasi erat dengan semua stakeholder penerbangan. (Jam)