AirNav Siap Kendalikan Penerbangan T-3, Pesawat A380 Diragukan Masuk
Selasa, 25 April 2017, 17:31 WIBBisnisnews.id-Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono menyatakan, telah menyiapkan fasilitas SDM dan SOP untuk mendukung pengoperasian layanan navigasi penerbangan internasional dari terminal 3.
Sedangkan pihak Angkasa Pura II menurut Direktur Operasional dan Teknik Djoko Murdjatmodjo dalam keterangan persnya sangat optimis bahkan tiga parking stand yang ada di terminal 3 bisa menampung pesawat A380.
Namun dari sisi Navigasi sudah tidak ada masalah. "Secara umum kami sudah siap. Secara khusus SDM kami mendukung penuh pengoperasian terminal 3 internasional, oleh penerbangan Garuda Indonesia oafa 1 Mei," jelas Wisnu Selasa (25/4/2017).
SOP yang disiapkan itu termasuk juga memberikan training dan simulasi . "Kami lakukan ini bersama dengan manajemen Angkasa Pura II dalam layanan navigasi internasional," jelasnya
Kantor Cabang Utama Jakarta Air Traffic Control (JATC) yang melayani navigasi penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta. Menurut Wisnu, secara operasional tidak ada masalah.
Simulasi yang telah dilakukan itu, kata Wisnu untuk memastikan kesiapan operasional. Mengingat ada Parking Stand yang digunakan untuk Penerbangan Internasional.
PESAWAT TERBESAR ?
Tiga parking stand di termina 3 internasional dapat menampung pesawat terbesar seperti Airbus A-380. Catatan pentingnya ialah, benarkah secara infrastruktur landasan pacu yang ada mampu didarati pesawat dengan bobot di atas 400 ton.
Di ASEAN, pesawat jenis ini yang memiliki baru Singapora Airlines, Thai Airways, Malaysia Airlines. Sedangkan negara-negara kawasan Asia A-380 dimiliki oleh China Soutern Airlines, Asiana (Korsel), Korean Air dan Qantas (Australia).
Sedangkan Timur Tengah, dikuasai Emirat da Etihad, Qatar Airways selebihnya Eropa dan Amerika. Sedangkan Garuda yang pesawat terbesar yang dimiliki hanya B-777-300 dan A330-300.
Dua pesawat kebanggaan Garuda ini, berdasarkan data lebih banyak nganggur atau hanya lebih sering terparkir di hanggar IV. Artinya, pesawat besar yang dimiliki maskapai pelat merah ini hanya digunakan pada saat padat penumpang dan musim angkutan haji.
Pesawat A380 memiliki tekanan suara sangat keras, sehingga bila benar mendarat di run way perimeter selatan, diprediksi akan ada eksiden atau berdampak terhadap lingkungan sekitar.
PCN (Pavement Classification Number) di Bandara Siekarno-Hatta masuh rendah belum cocok untuk didarati pesawat raksasa seperti A380. Lain halnya bila run way 3 selesai dibangun.
1200 PESAWAT
Soal jumlah pesawat yang dilayani, Direktur Operasi AirNav, Wisnu Dardjono sebanyak 1.200 pergerakan movement per hari di Bandara Soekarno-Hatta.
Garuda Indonesia memiliki 380 movement per hari, terdiri dari Trafik Domestik 320 movement yg sudah dilayani di Terminal 3, dan Trafik Internasional 60 movement.
Dari sisi fasilitas, AirNav Indonesia telah mengimplementasikan A-SMGCS (Advance Service Movement Guidance and Control System) level 2 untuk memantau pergerakan pesawat di sisi udara (air side) bandara Soekarno-Hatta. Integrasi di A-SMGCS Level 2 telah diimplementasikan per 10 April 2017.
A-SMGCS memberikan guidance dan control yang lebih presisi untuk posisi setiap pesawat dan kendaraan di movement area dan memberikan kepastian jarak antar pesawat dan kendaraan di darat. Penggunaan teknologi ini juga akan mengurangi adanya pengamatan visual dari ATC dan pilot, serta dapat mengotomatisasi routing, guidance, dan control.
Hal tersebut juga akan meningkatkan kinerja fungsi otomatisasi untuk conflict alert serta informasi untuk solusi penyelesaian, sehingga menjaga tingkat keselamatan yang diperlukan.
Pelayanan pemanduan di Terminal 3, dilayani secara bersama-sama oleh AMC (Apron Movement Control) di bawah Pengelola Bandar Udara (PT Angkasa Pura II) dan unit Tower Kantor Cabang Utama JATSC (Jakarta Air Traffic Services Center) di bawah AirNav Indonesia.
Pelayanan AMC oleh AP II ini sesuai dengan KP 38 tahun 2017 mengenai Mannual of Standard CASR-Part 139 yang menyatakan, Apron Management Service dilakukan oleh penyelenggara bandar udara. Regulasi ini sudah diturunkan juga dalam bentuk LOCA (Letter of Operational Coordination Agreement) antara AP 2 dan AirNav dimana pembagian tugas adalah AMC bertanggung jawab di apron dan ATC bertanggung jawab terhadap manuvering area dan movement area tidak termasuk apron.
LOCA berisi prosedur-prosedur koordinasi dalam pelaksanaan tugas agar terjalin koordinasi yang efektif sehingga diperoleh pemahaman dan persepsi yang sama dalam melaksanakan tugas antar unit kerja AMC dengan Unit TWR (Syam S).