Anak Milenial Diajak Jadi Produsen Dengan Manfaatkan Teknologi
Sabtu, 19 Oktober 2019, 08:22 WIBBisnisNews.id -- Banyak negara fokus menggarap potensi pada ekonomi digital, salah satunya oleh Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan target pada 2020, nilai bisnis ekonomi digital Indonesia mencapai USD 130 miliar atau setara Rp1.730 triliun. Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia mencapai US$133 miliar atau sekitar Rp1.826 triliun pada 2025, melonjak dari proyeksi 2019 sebesar US$ 21 miliar.
CEO Menara Digital Enterprise, Anthony Leong mengatakan, generasi milenial terutama kalangan mahasiswa harus dapat melihat ekonomi digital sebagai salah satu sektor industri yang memiliki potensi tinggi di era industri 4.0 ini. Generasi milenial di Indonesia merupakan digital natives yang dalam kesehariannya hampir tak bisa lepas dari smartphone dan internet.
"Milenial seperti kita ini merupakan digital natives karena 98,2 persen telah menggunakan smartphone untuk mengakses internet. Intensitas penggunaannya pun tinggi, hingga 6 jam perhari untuk chatting, jejaring sosial, sampai pembelian layanan jasa dan barang secara online. Artinya potensi berkembangnya sektor ekonomi digital atau e-commerce di Indonesia sangatlah besar," kata Anthony Leong pada diskusi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta.
Hanya saja, Lanjut dia, behaviournya ini harus kita ubah, jangan hanya menjadi konsumen, kita harus ubah paradigma menjadi produsen yang menghasilkan produk yang memiliki inovasi dan value.
Pakar Komunikasi Digital tersebut menambahkan, generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0. Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Untuk itu reskilling dan upskilling itu diperlukan karena digitalisasi ekonomi membutuhkan skill set yang berbeda dengan ekonomi sebelumnya.
"Sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Jutaan pekerjaan akan hilang dengan hadirnya robotic automation. Ini yang perlu jadi konsen kita bersama, jangan sampai jika tidak ada ketrampilan dan invoasi kita akan stagnan. Hanya satu profesi yang tidak bisa tergantikan dengan robot yaitu politisi," kata Anthony sambil menunjuk anggota DPR RI dari Nasdem, Arkanata Akram yang turut hadir dalam diskusi tersebut.
Fungsionaris HIPMI ini menyampaikan bahwa sebagai anak bangsa yang akan menjadi calon penggerak perekonomian negara Indonesia di kemudian hari, generasi milenial Indonesia harus memanfaatkan momentum ini sebaik mungkin. Tidak hanya menjadi pengguna dan konsumen, namun harus bisa menjadi produsen, agar muncul lagi unicorn atau bahkan decacorn milik anak bangsa yang akan mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.
"Momentum ini harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik mungkin, agar Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital. Berbagai outlook ekonomi menyebutkan bahwa potensi transaksi e-commerce di Indonesia sangat besar," kata dia.
"Jangan sampai transaksi yang begitu besar ini hanya dinikmati oleh asing karena di balik unicorn kita adalah investor asing. Harus ada sistem pendanaan lain misalkan dengan crowdfunding berbasis koperasi, jika bisa diimplementasikan maka asing tidak begitu mudah masuk. Pemerintah juga harus tegas membuat border agar asing tidak begitu mudah menguasai, jika mau masuk ke Indonesia harus menggandeng pengusaha lokal," kata Anthony.
Dia menambahkan Indonesia sudah menjadi penyumbang 4 unicorn dan berada di peringkat ke-7 di dunia, mengalahkan negara maju seperti Francis, Swiss, dan Israel. Ia berharap ke depan lahir startup yang berbasis industri.
"Ke depan produk startup yang kita hasilkan harus diberi sentuhan yang berbasis industrialisasi. Pelaku industri harus memanfaatkan teknologi ini. Kini sudah banyak startup yang lahir yang memang memudahkan masyarakat yakni dengan shifting behaviour. Perlu terobosan lain. Mari kita bersama majukan sektor ekonomi digital Indonesia dan harumkan nama bangsa di dunia Internasional," tegas Anthony.(helmi)