AS Serius Ancam Hancurkan Rezim Korut
Kamis, 30 November 2017, 20:13 WIBBisnisnews.id - Amerika Serikat memperingatkan bahwa kepemimpinan Korea Utara akan benar-benar hancur jika perang pecah, namun seruannya agar negara-negara memutuskan hubungan dengan Pyongyang ditolak oleh Moskow, sementara Beijing menghindari pembicaraan tentang embargo minyak.
Washington mendesak tindakan keras pada pertemuan darurat Dewan Keamanan yang diadakan pada hari Rabu 29 November atas peluncuran rudal balistik antar benua Korea Utara (ICBM).
"Diktator Korea Utara membuat pilihan kemarin yang membawa dunia lebih dekat ke perang, tidak jauh dari itu," Duta Besar AS Nikki Haley mengatakan kepada dewan tersebut.
"Jika perang datang, rezim Korea Utara akan hancur sekali."
Namun seruannya agar negara-negara memutuskan semua hubungan dengan Korea Utara ditolak oleh Moskow, dengan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov mengatakan bahwa Rusia melihat usulan tersebut secara negatif.
"Kami telah berulang kali menyatakan bahwa tekanan sanksi telah habis," Lavrov mengatakan di Minsk pada hari Kamis 30 November.
Presiden AS Donald Trump mencemooh Kim Jong-Un sebagai "anak anjing yang sakit" dan mengancam sanksi baru setelah Pyongyang menguji ICBM ketiganya yang diklaim mampu menyerang di manapun di Amerika Serikat.
Tes tersebut mengakhiri jeda dua bulan yang telah meningkatkan harapan untuk mulainya perundingan diplomatik. Korut mengatakan senjata tersebut bisa mendarat di mana saja di benua Amerika Serikat, dan Prancis mengatakan bahwa Eropa juga berada dalam jarak yang sama.
Kim mengatakan uji coba sistem senjata Hwasong-15 telah membantu negaranya mencapai tujuan menjadi tenaga nuklir penuh, yang memicu kecaman global.
Haley mengatakan bahwa Trump telah memanggil Presiden China Xi Jinping dan mendesaknya untuk menghentikan minyak dari Korea Utara, sebuah langkah yang akan membawa pukulan bagi ekonomi Korea Utara.
"Itu akan menjadi langkah penting dalam upaya menghentikan paria internasional ini," katanya dikutip dari AFP, memperingatkan bahwa jika Beijing tidak bertindak, maka AS dapat mengambil situasi minyak ini sendiri.
Amerika Serikat sebelumnya mendesak embargo minyak penuh ke Korea Utara, namun resolusi sanksi dengan China tidak berhasil. (marloft)