Usai Menyerang Tiga Fasilitas Nuklir Iran, AS Ketar - Ketir Serangan Balik
Selasa, 24 Juni 2025, 08:07 WIB
BISNISNEWS.id - Perang Iran - Israel meluas, masing-masing negara sekutu sudah mulai turun tangan pasca Amerika Serikat ikut menyerang tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan Amerika tersebut menjadi pemicu dimulainya perang berkepanjangan dan meluas, bukan saja Iran - Israel tapi masing-masing negara sekutu.
Amerika Serikat seakan mengambil kesempatan dengan melakukan penyerangan pemanasan atas kebenciannya terhadap Iran selama ini, terkait senjata nuklir.
Serangan Amerika Serikat terhadap Iran, mengusik banyak negara dan menuai kecaman keras.
Presiden Rusia Vladimir Putin menikai serangan Amerika kepada Iran, sebagai bentuk agresi militer terhadap negara berdaulat Iran.
Serangan itu, ungkap Putin sangat mengada - ada dan hanya meluapkan kebencian terhadap Iran.
Bukan tidak mungkin, negara sektu Iran, seperti Rusia akan melakukan tindakan serupa, baik kepada Amerika maupun Israel.
Saat ini, Amerika seperti ketakutan mendapat pembalasan dari Iran. Terlebih, ada komitmen resmi dari Iran, seluruh warga Amerika menjadi sasaran tembak
Ungkapan Putin yang menyebut, serangan Amerika Serikat tanpa alasan, adalah sinyal kuat, bahwa Rusia akan membela Iran.
Serangan itu juga menjadi agenda pembahasan utama dalam pertemuan Putin dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi yang berkunjung ke Moskow, Rusia pada Senin 23 Juni 2025.
Tanda - tanda ketakutan Amerika Serikat, negara sekutu Iran bakal melakukan serangan balik adalah statemen Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Pete Hegseth yang menyebutkan, alasan kuat serangan itu karena Washington tidak menginginkan perang.
Serangan tiga fasilitas nuklir Iran itu menurut Hegseth atas perintah Presiden AS Donald Trump karena merasa kepentingan nasional-nya terancam program nuklir Iran.
Serangan tiga fasilitas nuklir Iran itu juga adalah sebuah pengingkaran dan pendustaan janji politik Donald Trump, ikut campur dan terlibat dalam perang.
Spontan saja serangan Amerika Serikat itu menuai kecaman keras dari dunia internasional dan tekanan kuat dari dalam negeri yang mengecam Donald Trump. (Syam)