AS Sumbang 32 Juta Dolar Untuk Krisis Rohingya
Rabu, 20 September 2017, 22:13 WIBBisnisnews.id - Amerika Serikat akan menyumbang hampir 32 juta dolar untuk bantuan kemanusiaan membantu pengungsi Muslim Rohingya, kata Departemen Luar Negeri pada hari Rabu 20 September menanggapi eksodus massal dari Myanmar.
Dana tersebut untuk makanan, perawatan medis, air, sanitasi dan tempat berlindung hadir saat AS bergabung dengan kecaman internasional atas penderitaan kelompok minoritas tersebut.
Krisis tersebut telah mengancam akan membahayakan Myanmar bergeser ke arah demokrasi setelah lima dasawarsa menjalankan pemerintahan militer.
Simon Henshaw, diplomat utama AS untuk masalah pengungsi dan migrasi, mengatakan bahwa AS mendukung seruan Suu Kyi baru-baru ini untuk Rohingya untuk kembali, namun mendesaknya untuk memastikan situasi aman bagi mereka untuk pulang.
"Kami membutuhkan pemerintah untuk melakukan upaya lebih jauh mengamankan daerah tersebut untuk melindungi masyarakat," kata Henshaw di sela-sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahunan. "Kami khawatir dengan laporan serangan, pembunuhan di luar hukum, pemerkosaan, pembakaran desa."
Departemen Luar Negeri akan menyediakan uang dari rekening isu pengungsi dan migrasi yang ada, kata pejabat, dan akan mengkoordinasikan bantuan tersebut melalui Komite Internasional Palang Merah dan kelompok-kelompok lokal yang berafiliasi.
Pengumuman AS ini hadir saat para pemimpin dunia bertemu di markas besar PBB New York dan Suu Kyi tidak hadir.
AS mengatakan bahwa dana tersebut menghasilkan sekitar seperempat dari apa yang kelompok bantuan global butuhkan dalam menangani krisis kemanusiaan. Harapan AS bahwa seluruh dunia akan membentuk tiga perempat sisanya.
Total 32 juta dolar yang AS berikan untuk Myanmar dan bantuan kemanusiaan lainnya diambil mencapai sekitar 95 juta dolar anggaran tahun ini.
Dilansir dari AP, walau pada Senin (18/9/2017) PM Bangladesh, Hasina mengatakan bahwa dia berbicara dengan Presiden AS Donald Trump tentang Muslim Rohingya yang membanjiri negaranya dari Myanmar, namun dia tidak mengharapkan bantuan dari AS karena Trump terkesan tak peduli dan tidak berkomentar tentang para pengungsi. (marloft)