Blok Mahakam Belum Capai Target Produksi, Apa Masalahnya ?
Jumat, 13 Maret 2020, 13:19 WIBBisnisNews.id -- Blok Mahakam , Kalimantan Timur sampai saat ini tidak pernah mencapai target produksi yang ditetapkan pemerintah dan terus mengalami penurunan produksi. Padahal pengambilalihan Blok Mahakam dari Total E&P ke Pertamina Hulu Mahakam pada January 2018
Pertamina menyampaikan bahwa penurunan produksi Blok Mahakam karena lapangan tersebut sudah tua sedangkan Total E&P tidak melakukan investasi dan pengeboran sumur-sumur baru setelah diputuskan tidak lagi mengelola Blok Mahakam.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan perlu adanya perhatian yang lebih serius baik itu dari Pertamina maupun dari SKK Migas.
Blok Mahakam merupakan salah satu backbone produksi migas nasional kita,jangan dibiarkan terus mengalami decline. SKK Migas di bawah komando Dwi Sucipto harus lebih aware lagi terkait Blok Mahakam ini.
“Ingat,saat Blok Mahakam di serahkan ke Pertamina Dwi Sucipto yang menjadi Dirut Pertamina saat itu. Harusnya beliau paham akan permasalahan Blok Mahakam ini” ujar Mamit dalam keterangan tertulisnya, Jum’at (13/3/2020).
Mamit menyampaikan,bahwa sepanjang 2019 produksi migas Blok Mahakam jauh di bawah yang ditargetkan yaitu hanya 36.157 BOPD atau 71.1% dari target sebesar 50.400 BOPD. Untuk produksi gas selama 2019 Blok Mahakam hanya mampu berproduksi sebesar 710 MMscfd dari target sebesar 1.100 MMscfd
“Begitu besar gap antara produksi dengan target yang ditetapkan. Dwi Sucipto selaku Kepala SKK Migas harus mempunyai terobosan baru agar produksi Blok Mahakam bisa meningkat dan bisa langsung mengelaborasi dengan Pertamina langkah-langkah yang akan ditempuh.” tegas Mamit kembali.
Pengamat muda itu juga mengatakan bahwa saat ini baru memasuki triwulan pertama 2020, dimana kesempatan untuk mengejar target lifting bisa di capai.
“Masih ada waktu untuk meningkatkan produksi Blok Mahakam. SKK Migas harus mengawasi dan memastikan rencana kerja yang ajukan oleh Pertamina Hulu Mahakam dalam Work Plan and Budget (WPNB) bisa berjalan sesuai dengan yang di rencanakan” ujar dia kembali.
Mamit juga menyinggung peran SKK Migas yang lemah dalam menghadapi Chevron terkait dengan proses transisi ke Pertamina yang tidak kunjung selesai.
“Pak Dwi Sucipto ini terkesan lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi Chevron Pacific Indonesia (CPI) terkait berlarut-larutnya proses transisi ini. Padahal Blok Rokan adalah salah penyumbang lifting migas nasional yang besar. Sebagai mantan Dirut Pertamina saat peralihan Blok Mahakam dari Total ke Pertamina harusnya bisa belajar dan tidak mengulangi kejadian yang sama Blok Mahakam di Blok Rokan” pungkas Mamit.(helmi)