Cacat Desain, Pesawat Boeing 737 Max Dilarang Terbang
Selasa, 11 Juni 2019, 13:58 WIBBisnisnews.id - Sering mengalami kecelakaan fatal dan cacat desain pesawat teranyar 737 Max buatan buatan Boeing dinilaitak layak terbang dan tidakndianjurkan beroperasi karena membahayakan penumpangnya.
Desakan larangan terbang itu disampaikan Ralph Nader, pengacara sekaligus aktivis perlindungan konsumen terkemukan di Amerika Serikat, seperti dilaporkan Bloomberg pekan lalu dan dilansir Suara.co
Menurit Nader, mesin berukuran besar yang terpasang pada sayap-sayap Boeing 737 Max memiliki cacat secara desain dan dinilai sangat membahayakan jika dioperasikan kembali.
"Boeing 737 Max harus dilarang terbang. Ini bukan masalah peranti lunak. Ini soal cacat desain struktural: mesin-mesinnya terlalu besar untuk badan pesawat yang tradisional," kata Nader dalam sebuah diskusi bertajuk keselamatan penerbangan di Washington DC, AS.
Menurut dia, Boeing 737 Max sebenarnya pesawat dari tahun 1960an yang diberi mesin baru, bukannya pesawat baru yang didesain benar-benar dari nol oleh rakasasa penerbangan Boeing.
Mesin-mesin baru yang lebih besar itu - yang dipasang lebih tinggi ketimbang pada varian lawas Boeing 737 - mengubah cara pesawat tersebut terbang dalam kondisi tertetu.
Alhasil Boeing harus meng-install sistem penerbangan otomatis pada 737 Max. Tetapi cacat pada sistem komputer tersebut justru menyebabkan dua kecelakaan beruntun di Indonesia dan Ethiophia baru-baru ini dan menyebabkan 346 orang tewas. Salah satu korban tewas adalah cucu Nader sendiri.
Boeing sendiri mengaku sedang memperbaiki sistem komputer tersebut dan sedang melalukan uji terbang untuk memastikan pesawat tersebut aman untuk kembali terbang.
"Kami menyampaikan belasungkawa kepada Tuan Nader dan semua keluarga korban yang meninggal dalan kecelakaan Ethiopian bernomor penerbangan 302 dan Lion Air bernomor penerbangan 610," kata juru bicara Boeing, Charles Bickers, menanggapi desakkan Nader itu.
"Keselamatan adalah prioritas utama saat kami melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan agar (Boeig 737) Max bisa kembali terbang," tutur Bickers. (*/Jam)