Corona Ujian, Teguran, dan Rahmat Allah Swt
Jumat, 10 April 2020, 17:58 WIBOleh: Yayat Hidayat
:) Penulis adalah wartawan senior, pegiat masalah sosial dan tinggal di Depok Jawa Barat
BisnisNews.id - MENCEKAM dan takut. Dua kata itu barangkali tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat dunia khususnya Indonesia kini.
Wabah virus Corona atau Covid-19 telah meluluhlantakan kehidupan sosial dan ekonomi di seantero negeri.
Banyak negara yang melakukan lockdown. Berbeda dengan di Indonesia, aktivitas sosial yang dibatasi. Melalui kebijakan ini mulai dari sosial distancing (jaga jarak) hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
Akibat kebijakan itu, pusat-pusat perbelanjaan yang tadinya ramai pengunjung menjadi sepi. Stasiun kereta dan terminal bus juga sama tidak seramai biasanya sebelum adanya wabah itu. Aktivitas rumah ibadah masjid dan gereja juga sama. Masyarakat beribadah di rumah masing-masing.
Terbatasnya aktivitas sosial di luar rumah membuat pengusaha menutup tempat usahanya. Bahkan tidak sedikit yang memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawannya. Meski banyak juga perusahaan yang menganjurkan karyawannya berkerja dari rumah.
Kalangan usaha kecil dan menengah pun masih beraktivitas seperti biasa. Toko kelontong, pedagang sembako dan tukang sayur tetap beroperasi. Tukang bakso, tukang bubur ayam, juga masih berkeliling di lingkungan penduduk. Kebijakan pembatasan sosial tentu sudah dikaji pemerintah secara seksama dari berbagai aspek.
Kebijakan tersebut sejatinya dipatuhi masyarakat untuk memutuskan mata rantai pandemi virus covid-19.
Wabah penyakit yang tengah melanda dunia pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Bahkan Rasulullah memberikan sikap teladan kepada para sahabatnya jika menghadapi wabah dan pengidap penyakit menular.
Di bawah ini adalah langkah-langkah yang dilakukan Nabi demi mencegah perkembangan jumlah orang yang ter-suspect pandemi yaitu;
1. Menghindar
Diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda; "Larilah dari orang yang sakit lepra, sebagaimana kamu lari dari Singa."
Nabi menyarankan umatnya untuk membentengi diri dari penyakit menular dengan tidak menganggap enteng beberapa faktor dan penyebabnya. Di antaranya adalah dengan menghindari kontak secara langsung dengan penderita penyakit menular.
Dalam hadis, Nabi mencontohkan penyakit kulit berupa lepra yang bisa menular melalui sentuhan kulit.
2. Tenggang rasa
Anjuran menghindari pengidap penyakit menular bukan berarti menunjukkan bahwa Nabi sepakat untuk mengucilkan penderita tersebut. Akan tetapi, langkah yang diimbau ini justru lebih menitikberatkan kepada semangat kepedulian dan tenggang rasa.
Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Bukhari bahwa Nabi Saw pernah bersabda. "Janganlah kamu lama-lama memandang orang-orang yang sedang sakit lepra."
Hadis ini merupakan penanda bahwa berkontak berlebihan dengan penderita penyakit menular di masa itu bisa memberikan dampak penderitaan pengidap dari sisi psikologis.
3. Tawakal
Berpasrah penuh kepada Allah Swt adalah jalan yang paling dianjurkan Rasulullah Saw. Ihwal penyakit menular, Nabi bersabda;
"Tidak ada penularan, tidak ada ramalan jelek, dan tidak ada penyusupan kembali (reinkarnasi) ruh orang mati pada burung hantu. (HR. Muslim).
Dalam Tadrib, Imam Suyuthi mencatat bahwa Ibnu Shalah mengatakan, pada hakikatnya penyakit itu tidak dapat menular dengan sendirinya. Akan tetapi Allah-lah yang membuatnya menular.
Sementara, proses penularannya memang diperantarai oleh proses percampuran antara yang sakit dan yang sehat melalui berbagai macam sebab yang berbeda.
Al-Ghazali berpendapat, kesimpulan "ketiadaan penularan" itu merupakan ketentuan tetap dan bersifat umum. Sedangkan perintah menjauhi orang sakit tetap disarankan karena dalam rangka Syadzudz Dzarai, yakni menutup kemungkinan munculnyabahaya dengan tetap percaya kepada takdir Allah Swt, bukan pada sebab penularan yang dianggapnya tidak ada.
4. Bersabar
Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya bersabar ketika menghadapi wabah penyakit.
Pernah ketika menghadapi wabah penyakit Thaun, Rasulullah bersabda. "Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum Mukminin." (HR. Bukhari).
Sabar dan tidak cepat panik menjadi solusi yang disarankan Rasulullah dalam menghadapi pandemi. Masih dalam hadis yang sama, Nabi melanjutkan.
"Tidaklah seorang hamba yang di situ terdapat wabah penyakit, tetap berada di daerah tersebut dalam keadaan bersabar, meyakini bahwa tidak ada musibah kecuali atas takdir yang Allah tetapkan, kecuali ia mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid."
5. Optimistis
Pesan yang tak kalah penting dari Rasulullah SAW ketika tertimpa musibah wabah adalah tetap membangun prasangka baik, optimistis, berdoa, dan tetap berikhtiar sekuat tenaga.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit, kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya. (HR. Bukhari)
Wabah penyakit juga pernah terjadi tahun 18 Hijriah atau di masa kepemimpinan kalifah Umar bin Khattab. Beliau membatalkan niatnya masuk ke daerah Syam yang terserang wabah. Keputusan itu diambil setelah bermusyawarah bersama Panglima Pasukannya, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, di daerah Syargh, jelang masuk ke daerah Syam.
Wabah corona merupakan ujian, teguran, sekaligus rahmat dari Allah Swt agar manusia tetap mengingat kekuasan-Nya yang tiada berbanding. Berprasangka baiklah bahwa dengan kasih sayang-Nya, Insya Allah, Allah segera mencabut cobaan ini dalam waktu yang tidak lama. Amin ya robbalalamin. (*)
Sumber: Disarikan dari hadis-hadis dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim (Bab At-Thib), serta keterangan dalam Tadrib Ar-Rawi fi Syarhi Taqrib An-Nawawi karya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad Jalaluddin As-Suyuthi.