Dampak Ekonomi Virus Corona Bagi Indonesia
Sabtu, 01 Februari 2020, 11:50 WIBBisnisNews.id -- Seluruh kegiatan internasional di china sudah pasti akan ditunda atau dipindahkan lokasinya. Intinya China akan mengalami kerugian ekonomi akibat merebaknya virus Corona di Wuhan China. Demikian juga sebaliknya kegiatan dagang dari negara-negara mitra dagang Negeri Tirai Bambu itu akan terdampak meski bobotnya tidak sama.
Yang tak kalah dirugikan adalah negara-negara yang menjadi mitra utama perdagangan dengan China seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea dan juga Indonesia. Negara-negar yang selama ini sangat bergantung pada pasar China yang cukup besar dan agresif.
"Bagaimana Indonesia? Negara ini akan menerima dampak ekonomi dua kali lipat, mungkin paling parah dibanding yang lainnya," kata peneliti AEPI Salamuddin Daeng di Jakarta.
Bagi Indonesia, kata dia, pasar China adalah mitra utama dalam perdagangan. Nilai perdagangan Indonesia China tahun 2018 mencapai Rp700 triliun setahun. "Indonesia melakukan ekspor sekitar Rp360 triliun setahun ke China dan merupakan nilai ekspor terbesar yang diperoleh dari perdagangan kepada sebuah negara," kata Daeng lagi.
Implikasinya, Indonesia menerima dampak dua kali lipat jika krisis virus corona ini terus berlanjut. Mengapa dua kali lipat? "Pasalnya, Indonesia mengandalkan ekspor komoditas ke China, komoditas seperti minyak, gas, batubara, sawit, yang akan kehilangan pasar secara significant," jelas Daeng.
Tidak hanya kehilangan pasar, menurut Daeng, namun Indonesia lebih jauh akan kehilangan harga pasar yang baik. Karena harga komoditas yang sudah rendah akan terus menurun, yang akan semakin melemahkan penerimaan ekspor Indonesia.
"Padahal terkait komoditi batubara misalnya, Presiden Jokowi menargetkan produksi hingga 600 juta ton sebagian besar atau 75% untuk ekspor," sebut Daeng.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah dan ujungnya pendapatan negara akan berkurang. "Tidak sampai di sana, Indonesia akan mengalami gangguan parah dalam industri industri yang selama ini mengandalkan bahan baku dari China," kilah Daeng.
Bukan hanya itu, menurut Daeng, ada banyak industri di Indonesia akan bermasalah karena tidak memperoleh bahan baku.
Yang tak kalah seriusnya, tentu akan berbahaya sekali. Industri tembakau misalnya, akan menerima pukulan paling parah, karena sebagian besar impor tembakau Indonesia berasal dari China.
Ujungnya akan menjadi masalah penurunan penerimaan negara dari cukai tembakau. "Masalah yang sama akan dihadapi oleh industri yang lain. Semoga virus corona segera berlalu," tandas Daeng.(helmi)