Di Tengah Gejolak Harga, Nilai Rupiah Menguat Tipis
Senin, 09 Januari 2017, 11:39 WIB
Bisnisnews.id- Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank di Jakarta pada Senin pagi menguat 23 poin menjadi Rp13.357 per dolar AS. Ini menujukan adanya optmistis, ditengah gejolak harga.
" Rupiah mulai kembali mendapatkan momentum penguatannya, sentimen harga komoditas yang masih optimistis meningkatkan daya tarik aset berdenominasi rupiah," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Meredanya ketidakpastian global, ia mengatakan, mengembalikan kepercayaan Bank Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Bank Indonesia menyatakan bahwa ada sedikit ruang untuk pelonggaran moneter.
Dari eksternal, dia menjelaskan, data ekonomi Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi turut menjadi salah satu faktor penekan dolar AS sejalan dengan penurunan imbal hasil US Treasury.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan kenaikan defisit neraca perdagangan dan penurunan pesanan perusahaan di Amerika Serikat juga menekan dolar AS dan mempengaruhi pergerakan rupiah.
Selain itu, ketidakpastian mengenai hubungan dagang Amerika Serkat dan China membuat pelaku pasar lebih memilih pasar negara berkembang.
" Tidak hanya itu, belum adanya realisasi dari kebijakan-kebijakan presiden terpilih Donald Trump membuat efek Trump mulai melemah, dan membuat para investor kembali berinvestasi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia," katanya. IHSG NAIK
Pembukaan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), pagi ini naik 3,85 poin seiring dengan harapan terhadap fundamental ekonomi domestik yang membaik. IHSG naik 3,85 poin atau 0,07 persen menjadi 5.350,88 poin. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 0,19 poin menjadi 901,22 poin.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere di Jakarta, Senin, mengatakan, dengan pertimbangan sentimen dalam negeri atas kinerja ekonomi yang membaik di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum menentu, IHSG masih berpotensi menguat.
Sentimen dari Bank Indonesia yang akan mengoptimalkan bauran kebijakan untuk melonggarkan likuiditas, kebijakan makroprudensial dan juga dorongan dari sistem pembayaran, seperti elektronifikasi bantuan sosial turut menjadi sentimen positif bagi pasar modal.
Analis NH Korindo Securities Indonesia, Bima Setiaji menambahkan data persediaan minyak di AS yang menurun serta kesepakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) untuk menurunkan produksi akan membuat harga minyak kembali meningkat.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng menguat 16,85 poin (0,07 persen) ke level 22.519,86, indeks Nikkei turun 66,36 poin (0,34 persen) ke level 19.454,33, dan Straits Times menguat 10,21 poin (0,34 persen) posisi 2.972,44. (Antara)