Ekonomi Indonesia Harus Diselamatkan Dari Krisis Ekonomi Di China
Kamis, 20 Februari 2020, 10:32 WIBBisnisNews.id -- Indonesia menjadikan China sebagai tujuan utama ekspor barang-barang dan komoditas. China juga sebagai sumber pembiayaan investasi proyek proyek infrastruktur. Dan, masuknya investasi asing ke Indonesia untuk bisa CILAKA (Cipta Lapangan Kerja), karena itu salah satunya membuat Omnibus Law.
"Kondisi perdagangan Indonesia bergantung dari China. China saat ini menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Ekspor ke China meningkat drastis dari sisi nilai dan volume," kata politisi Gerindra dan Ketua SPBUMN Bersatu Arief Poyuono di Jakarta.
Menurutnya, komoditas utama yang diekspor ke China antara lain batu bara, karet, nikel dan minyak sawit. Selain itu juga beberapa komoditas lain yang juga diekspor ke Negeri Tirai Bambu itu.
Tragedi Grey Rhinos , black swan ( Krisis Hutang ) serta serangan Virus Corona di China menjadi faktor yang sangat besar dalam mempengaruhi berkurangnya ekspor Indonesia ke China. "Akibatnya, sampai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia," kata Arief lagi.
Akibat ekspor menurun otomatis serta terus tidak terkendalinya impor, jelas Arief, maka akan berdampak pada makin loyonya nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS.
Begitu juga disektor pembiyaaan proyek infrastruktur dan masuknya investasi dari China akan banyak ditunda nanti, papar Arief, sangat dimungkinkan akan banyak investor China yang menanamkan investasinya di pasar keuangan Indonesia, balik kampung.
Tangkal "Virus" Pelemahan
Oleh karenanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus mempersiapkan Contengency plan untuk bisa terhindar dari krisis ekonomi. Indonesia dengan 250 juta penduduknya harus segera diselamatkan dan dijauhkan dari krisis ekonomi yang lebih parah.
"Pasalnya, Virus Pelemahan Ekonomi sudah menyerah Software software perekonomian nasional seperti menurunnya industri pariwisata, pusat perbelanjaan, restoran, industri jasa penerbangan yang mengandalkan turis dari China," tukas Arief.
Krisis ekonomi dan rontoknya nilai tukar Rupiah, serta perlambatan perekonomian nasional sudah di depan mata, dan tak bisa dihindarkan dengan mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor akibat penanganan Virus Corona di China yang belum menemukan titik terang.
Industri-industri di Provinsi Hubei tempat asal virus Corona tersebar, masih belum ada aktivitas sejak liburan tahun baru imlek. "Begitu juga dengan provinsi lainnya di China belum semuanya aktivitas produksi berjalan. Tentu saja ini akan memberikan dampak dengan menurunnya," tegas Arief.(nda/helmi)