Harga Gas Industri di Indonesia Kompetitif di Kawasan Asean
Senin, 15 Juli 2019, 09:41 WIB
Thailand mematok harga gas di hulu sebesar 5,5 Dolar AS/ MMBTU dan Malaysia sebesar 4,5 dolar AS/MMBTU. Sementara harga gas di Singapura jauh di atas 15 Dolar AS/MMBTU. Bahkan kalau dibandingkan dengan Tiongkok yang ekonominya kian menggeliat harga gas di hulu telah mencapai 8 Dolar AS/MMBTU.
"Kalau kita lihat lebih detail perbandingan dari titik referensi yang sama, harga hulu di Indonesia sebesar 5,3 Dolar AS/ MMBTU, ini terbilang kompetitif," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, kemarin.
Jika dicermati lebih lanjut, harga gas Malaysia memang lebih rendah. "Rendahnya harga gas di Malaysia ditopang dari struktur biaya pembentukan gas yang menerapkan Regulation Below Cost (RBC). "Sistem RBC menuntut adanya penerapan subsidi sehingga membuat harga gas di Malaysia lebih murah," jelas Agung seperti dilansir laman esdm.go.id.
Sementara di Thailand dan Tiongkok menjalankan model indeksasi ke harga minyak. Artinya, harga gas akan mengikuti pergerakan harga minyak (gas pipa). Jika harga minyak naik, maka harga gas akan naik. Begitu pula sebaliknya. "Skema ini mendorong tingginya tingkat fluktuasi dan menyebabkan ketidakstabilan harga gas," ungkap Agung.
Indonesia sendiri, imbuh Agung, menerapkan skema Regulation Cost of Services (RCS). Jadi, penetapan harga gas berdasarkan keekonomian di setiap mata rantai. Skema ini cocok diterapkan di Indonesia karena tidak mengikuti harga minyak dan tidak menimbulkan volatilitas. "Ini yang membuat harga gas di Indonesia cukup stabil," tegasnya.
Kestabilan harga gas terlihat pada catatan harga gas pipa domestik dari tahun 2008 hingga April 2019. Pada tahun 2008, gas pipa domestik sebesar 4.83 Dolar AS/ MMBTU. Sementara, pada April 2019 sebesar 5,87 Dolar AS/ MMBTU. Dalam kurun 11 tahun, gas pipa domestik hanya terkoreksi sebesar 1,04 Dolar AS/ MMBTU. Kalau dibandingkan dengan pergerakan ICP dalam kurun waktu yang sama, fluktuasi ICP punya selisih 34,58 Dolar AS/ barrel. "Ini sebatas gambaran umumnya," singgung Agung.
Pemerintah, menurut Agung, akan terus mendorong struktur biaya energi di Indonesia makin kompetitif sehingga harga gas di level plant gate bisa lebih rendah dari rata-rata biaya sekarang, yaitu sebesar 9 Dolar AS/ MMBTU. "Kami terus mencari formula baru untuk menekan harga gas sampai ke tingkat akhir pengguna," terang Agung.
"Perlu diketahui, struktur harga gas domestik di Indonesia ditetapkan berdasarkan biaya gas bumi (60 persen), biaya transmisi (22 persen) dan biaya distribusi + niaga (18 persen)," tegas Agung.(helmi)