Indonesia Bisa Dilanda Kenaikan Inflasi Akut
Senin, 30 Januari 2017, 19:07 WIB
Bisnisnews.id - Hasil jajak pendapat Reuters menyebutkan, tingkat inflasi tahunan di Indonesia cenderung naik pada bulan Januari karena harga barang dan jasa meningkat sejak pemotongan subsidi oleh pemerintah.
Dua belas analis memperkirakan tingkat rata-rata inflasi tahunan sebesar 3,11 persen pada bulan Januari, dari sebelumnya 3,02 persen pada bulan Desember.
Hasil jajak pendapat menunjukkan inti inflasi tahunan rata-rata pada bulan Januari juga 3.11 persen, dari bulan sebelumnya 3,07 persen.
ANZ mengatakan salah satu faktor tekanan inflasi adalah keputusan pemerintah untuk mengakhiri subsidi tarif listrik bagi 19 juta rumah.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi akan menjadi lebih dari 4 persen tahun ini. Gubernur Agus Martowardojo mengatakan pekan lalu, bahwa sasaran BI sekitar 3 sampai 5 persen.
Tahun lalu, inflasi relatif rendah karena BI menurunkan suku bunga acuan 6 kali, dengan 150 basis poin.
Ekonom dari NatWest Market, Vaninder Singh, mengatakan inflasi mungkin akan merayap naik pada kuartal ketiga 2017 ini.
" Siklus longgar bagi BI telah berakhir," kata Singh yang memprediksi kenaikan tarif tahun ini.
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
Keadaan inflasi juga menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen. (marloft)