Industri Gas Tumbuh Positif, Kebutuhan Nasional Akan Naik 50% di 2025
Kamis, 01 Agustus 2019, 05:50 WIBBisnisnews.id -- Industri gas nasional sedang tumbuh dan bergerak menuju arah yang lebih baik. Kendati begitu, hal ini perlu dibarengi dengan langkah efisiensi operasional yang diklaim sebagai aspek penggerak utama kinerja pertumbuhan sektor gas.
Kementerian ESDM optimis, kebutuhan gas nasional diperkirakan akan melonjak hingga 50 persen pada tahun 2025 nanti. Oleh karenanya, pelaku industri gas di Indonesia harus mengedepankan terlebih dahulu pasar industri manufaktur lokal.
Demikian disampaikan Menteri Jonan dalam pembukaan Gas Indonesia Summit and Exhibition 2019 di Jakarta Convention Centre (JCC), hari ini, Rabu (31/7/2019)
Menurutnya, semua pihak terkait Operator gas, pihak produsen, penunjang, hingga teknologi, tolong pertimbangkan pemanfaatan gas se-efisien mungkin dan ramah lingkungan.
"Kami selalu mendorong kontribusi gas untuk tidak (diekspor) terlalu jauh. Jadi itu bisa dimanfaatkan secara lokal dan tidak harus ekspor gas terlalu jauh, hingga ke Amerika Latin," ungkap Menteri Jonan lagi.
Seiring pemanfaatan gas domestik, menurut Jonan, Pemerintah juga berharap bauran energi (energy mix) untuk gas mengalami peningkatan sekitar 22-23 persen pada kurun 2025 hingga 2026. "Maka dari itu, kita harus efisien, kompetitif, dan siap untuk renewable energy," tegas Menteri Jonan.
Bauran Energy
Keyakinan Jonan terhadap pencapaian target bauran energi dilatarbelakangi oleh pengembangan blok gas raksasa di Maluku di mana dilakukan pengembangan LNG Blok Masela berkolaborasi dengan Inpex dan Shell. Terdapat pula temuan blok Sakakemang dengan potensi 2 Tcf di Sumatra.
"Masela dengan 18,5 trillion cubic feet (Tcf) memiliki kadar CO2 yang sangat rendah. Kita juga mendorong Repsol dan kontraktor lainnya untuk eksplorasi di on dan offshore," papar Menteri Jonan.
Peluang bisnis ini disambut hangat oleh Menteri Ketenagalistrikan dan Energi Bangladesh Nasrul Hamid yang turut hadir mendampingi Menteri Jonan membuka acara tahunan tersebut.
"Kami punya industri ekspor garmen terbesar kedua di dunia. Kami butuh gas (LNG) untuk mensuplai pertumbuhan industri tersebut. Kami ingin banyak belajar tentang teknologi dan sumber daya manusia terutama mengenai LNG dari Indonesia," tandas Hamid.(helmi)