Ini Tiga Kebijakan Yang Dipelajari Dalam Asesmen ITL Trisakti-ICAT
Rabu, 18 September 2019, 12:56 WIBBisnisNews.id -- Ketua Tim Kajian A Prizing Polecy ITL Trisaksi-UN ICAT Dr. Elly A.Sinaga mengatakan, berdasarkan hasil kajian timnya, secara total ada tiga kebijakan yang dipelajari dalam asesmen ini. Mereka adalah (i) kebijakan harga bahan bakar bensin RON 88 dan solar, (ii) kebijakan low cost green car atau LCGC, (iii) kebijakan terkait kendaraan listrik atau electric vehicle.
"Dampak gas rumah kaca (GRK) dari penerapan kebijakan harga bahan bakar khususnya bensin RON 88 pada tahun 2016 (impact year) adalah sebesar -6.30% atau setara dengan penurunan emisi GRK sebesar 3,952,798.3 tCOz bila dibandingkan dengan baseline 2013 (sebelum ada penghapusan subsidi bahan bakar)," kata Elly dalam paparannya dalam FGD mengenai Dampak Rumah Kaca di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Sementara untuk bahan bakar jenis solar terdapat kenaikan emisi pada tahun 2016 sebesar O.90%. "Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah perlu lebih memperhatikan efek dari kebijakan harga tersebut dan perlu melakukan kontrol Iebih terkait dengan emisi dari penggunaan bahan bakar diesel atau solar," kata Elly lagi.
Terkait dampak GRK dari penerapan kebijakan LCGC, jelas Elly, team justru menemukan bahwa kebijakan LCGC malah berkontribusi terhadap kenaikan emisi GRK, yang berkisar antara 10.60% sampai dengan 13.7% dibandingkan dengan emisi dari kendaraan pada tahun 2013 (sebelum adanya kebijakan tersebut).
Sementara itu terkait dengan penerapan kebijakan kendaraan listrik, papar Elly, perhitungan dilakukan secara ex-ante atau dengan mengunakan pendekatan proyeksi emisi sampai dengan tahun 2035. Hal ini juga mengacu kepada rencana strategis terkait produksi kendaraan bermotor dari Kementerian Perindustrian.
"Apabila skenario kebijakan kendaraan listrik saat ini dilakukan secara konsisten dengan suplai energi listrik yang sama (70% energi fosil, 30% energi terbarukan) maka akan didapatkan potensi penurunan emisi total sebesar -7.51% pada tahun 2035," papar Elly.
Apabila pemerintah mampu mewujudkan suplai energi listrik dengan komposisi 50% energi fosil dan 50% energi terbarukan, menurut Elly, maka potensi penurunan emisinya dapat mencapai -15.39% pada tahun 2035.
Dia menambahkan saat ini team dari ITL Trisakti dan juga ICAT masih melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait dan juga melakukan konsolidasi atas perhitungan-perhitungan tersebut dan diharapkan hasil final dari asesmen ini dapat dirilis pada bulan Oktober 2019.
"Kerjasama ini didukung oleh ICAT, INFRAS (Switzerland), dan VERRA (United States) dan telah mendapatkan peryataan tanpa keberatan (non-objection letter) dari Kementerian Perhubungan," tandas Elly.(helmi)