Ironis, Bukan Hanya Pacul Bahkan Korek Telinga Juga Impor
Senin, 11 November 2019, 14:21 WIBBisnisNews.id -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram dan mengungkapkan kekesalannya karena Indonesia masih impor pacul (cangkul) oleh sejumlah importir dalam negeri. Menurut dia, kebijakan impor cangkul di saat neraca perdagangan nasional defisit tidaklah tepat.
Ironis, memang. Terlebih, ternyata Presiden Jokowi baru sadar kalau setelah lima tahun kalau cangkul itu ternyata made in import. Sementara, masih banyak lagi produk impor yang berada luas di pasar domestik.
"Bukan cuma cangkul, yang diimpor Indonesia jauh lebih banyak lagi. Kalau mau jalan ke Pasar Jatinegara atau Glodok, atau sering sering buka kaca mobil di lampu merah. Banyak produk impor beredar luas di Indonesia," kata aktivitis SP BUMN Bersama dan politisi Gerindra Arief Poyuono di Jakarta.
Asal tahu saja, lanjut Poyuono, ternyata palu, gelap/ tang/ peniti, jarum, gunting kuku, korek kuping dan lainnya juga impor. Mereka merupakan produk produk yang tiap hari dipakai masyarakat semuanya diproduksi luar negeri, khususnya made in China.
Oleh karena itu, papar Poyuono, Pemerintahan kini sebaiknya jangan bicara digitalisasi pendidikan yang digagas Nadiem, atau bicara industri 4.0 atau produksi mobil Esemka.
"Industri kita belum mampu memproduksi korek kuping, jarum, peniti, palu, pahat, pacul, sendok garpu, gunting kuku, obeng dan lainnya masih diimpor dari China, " papar Poyuono saat dikonfirmasi BisnisNews.id.
Menurutnya, banyak industri manufakturing yang produknya pasti ada di setiap rumah-rumah penduduk. Atau dipakai oleh masyarakat tidak bisa diproduksi oleh industri manufakturing Indonesia, meski Indonesia sudah 74 tahun merdeka.
Galakkan Industri Nasional
Untuk itu, pesan Poyuono, sebaiknya digalakan industri nasional seperti itu dulu. Paling tidak, nanti kita bisa ekspor juga. Industri seperti itu tak butuh teknologi digitalisasi atau masuk katagori industri 4.0 yang butuh robotic.
"Apalagi bahan baku industri itu ada di dalam negeri, seperti besi tua juga banyak banget di Indonesia," kilah Poyuono lagi.
Dengan optimalisasi industri dalam negeri, menurut Poyuono, akan membuka lapangan kerja di Indonesia. "Dengan demikian neraca perdagangan di jamin surplus terus kangmas Dan perekonomian menjadi tak lesu seperti sekarang," tegas Poyuono.(helmi)