Kebingungan, Sebagian Maskapai Pilih Tutup Mata
Selasa, 31 Januari 2017, 20:19 WIB
Bisnisnews.id - Maskapai penerbangan di seluruh dunia sejak kemarin terus bergulat dengan informasi kontradiktif dan arahan ambigu dari pemerintahan Trump dan Department of Homeland Security (DHS) atas perintah eksekutif yang melarang warga dari 7 negara mayoritas Muslim memasuki AS, meliputi Iran , Irak, Suriah, Libya, Somalia, Yaman dan Sudan. Salah satu kebingungan yang sedang berlangsung adalah, apakah penerbangan memperbolehkan penduduk tetap pemegang kartu hijau untuk terbang ke AS.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan 29 Januari, DHS mengatakan mereka bekerja sama dengan maskapai 'mitra' untuk mencegah wisatawan target menaiki penerbangan internasional ke AS berdasarkan perintah eksekutif. Namun, menambahkan bahwa pemegang kartu hijau berbasis pada kasus per kasus, sehingga penerbangan dalam posisi tidak pasti mengenai boleh atau tidak penumpang mereka menaiki pesawat.
Kurangnya kejelasan status wisatawan dengan dua kewarganegaraan AS dan salah satu dari 7 negara tersebut juga telah menyebabkan kebingungan, sehingga beberapa personil maskapai memilih menutup mata untuk setiap paspor non-AS yang terlihat selama proses check in.
Sekretaris DHS, John Kelly, sebelumnya menyatakan, dalam menerapkan ketentuan perintah eksekutif presiden, masuknya penduduk tetap yang sah adalah untuk kepentingan nasional, " Dengan demikian, absennya informasi jelas menghina dan menunjukkan ancaman serius terhadap keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. Status permanen residen akan menjadi faktor penentuan kami kasus per kasus."
Arahan muncul di tengah kritik bahwa Gedung Putih tidak memberikan peringatan apa pun untuk penerbangan sebelum rencana pengumuman larangan pada pukul 4:45 pada hari Jumat (27/1). Administrasi Trump menegaskan bahwa pemberitahuan lebih dahulu akan mengakibatkan AS kebanjiran orang-orang yang mencoba untuk masuk.
American Airlines telah memberikan peringatan perjalanan di situs webnya dan situs DHS. Sementara Emirates, Dubai harus menyesuaikan jadwal pilot dan pramugari untuk memastikan tidak ada karyawannya yang memegang paspor dari 7 negara dan terbang ke AS. Etihad Abu Dhabi dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa tidak ada efek langsung untuk mereka dan telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan tidak ada masalah keberangkatan selama beberapa minggu mendatang.
" Kami terus bekerja sama dengan Bea Cukai AS dan Lembaga Perlindungan Perbatasan di Abu Dhabi dan AS terhadap isu-isu imigrasi yang disajikan selama akhir pekan, " menurut pernyataan Etihad. " Kepentingan bersama kami adalah memastikan bahwa kepatuhan dan kesejahteraan semua penumpang di seluruh jaringan global kami. "
" Sejumlah penumpang kami telah terkena dampak dan kami terus membantu mereka untuk mengidentifikasi masalah sebelum terbang ke AS. Bilamana diijinkan, maskapai juga telah menawarkan perubahan, atau pengembalian uang dan reservasi ulang penumpang, sesuai pembaharuan kebijakan kami. " (marloft)