Kemenhub Mulai Siapkan Mitigasi Angkutan Barang Antarmoda
Rabu, 06 November 2019, 20:53 WIBBisnisNews.id -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mulai mempersiapkan program aksi mitigasi di sektor angkutan barang antarmoda yaitu kombinasi antara angkutan darat dan kereta api dan skema modernisasi armada truk. Output dari pelaksanaan program ini berupa konsep dokumen yang dapat diimplementasikan.
Proses TRANSfer III saat ini sudah ditahap diskusi awal yang menjadi awal kajian-kajian berikutnya sampai April 2020 dan di Desember 2020 sudah ada konsep implementasi.
Dalam rapat ini, disampaikan program TRANSfer III ini dapat mengatur alihmoda dari truk ke wilayah yang sudah ada infrastruktur kereta api. Mengapa sangat penting alihmoda dari truk ke kereta api?
"Karena share modal transportasi darat 90,4%. Ini hampir mencapai 100% sedangkan kereta masih 0,6%, ini pun mayoritas ada di Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan: Palembang, Jambi, Bengkulu) untuk mengangkut batubara", kata Staf Ahli Menhub Bidang Keselamatan dan Multimoda Cris Kuntadi di Jakarta, Rabu (6/11/2019)
Dia mengatakan, Program antarmoda sudah banyak dilakukan akan tetapi efektivitas pelaksanaan masih perlu ditingkatkan. Permasalahan lainnya kurangnya konektivitas ke pelabuhan dengan kereta. Fasilitas kereta tersedia tapi tidak langsung dan masih harus diangkut dengan truk.
"Ini masih kita cari polanya agar orang lebih suka dengan kereta dan melalui TRANSfer III bisa diimplementasikan", ungkapnya.
Aksi Kurangi ODOL
Beberapa usaha juga dilakukan oleh Ditjen Darat untuk mengurangi beban angkutan barang di darat salah satunya Sikat ODOL. "Kita berharap dengan adanya Sikat ODOL, logistik dengan truk beralih", tuturnya
Lebih jauh diungkapkan oleh Kasie Angkutan Multimoda, Ellis yang mengusulkan untuk dibuat _external cost_ seperti di luar negeri untuk angkutan barang darat. Hal ini diamini oleh Cris sebab _cost_ yang dikeluarkan oleh darat lebih tinggi dibanding kereta.
"Mungkin dari segi biaya angkut truk lebih murah dari kereta tapi dampak dari penggunaan truk lebih tinggi seperti pengeluaran emisi gas, kemacetan, kerusakan jalan, dan kecelakaan", jelasnya.
Cris mengatakan kajian ini harus dapat dimimplementasikan dengan baik karena _share modal_ kereta tahun 2024 adalah 11%.
"Dengan _share modal_ kereta saat ini, perlu usaha yang _extraordinary_ kalau tidak kita sama saja merencanakan kegagalan", pungkas Cris.(helmi)