Ketegangan Yerusalem Bayangi Kristen Palestina
Minggu, 24 Desember 2017, 22:25 WIBBisnisnews.id - Perayaan Natal dimulai di Bethlehem pada hari Minggu 24 Desember dengan ketegangan yang terus berlanjut menyusul pengakuan Washington terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pengumuman 6 Desember oleh Presiden AS Donald Trump memicu demonstrasi dan bentrokan, termasuk di Bethlehem di Tepi Barat yang diduduki Israel dimana orang-orang Kristen akan menandai kelahiran Yesus dalam sebuah misa tengah malam.
Di Betlehem's Manger Square, ratusan warga Palestina dan wisatawan berkumpul dalam cuaca dingin untuk menyaksikan parade pramuka tahunan.
Mereka mengambil gambar saat sebuah band marching berjalan menuju alun-alun menuju Gereja Kelahiran Tuhan, dibangun di atas tempat di mana tradisi mengatakan bahwa Maria melahirkan Yesus.
Alun-alun biasanya ramai dikunjungi oleh turis pada malam Natal, namun bentrokan antara pemrotes Palestina dan tentara Israel dalam beberapa minggu terakhir telah membuat orang menjauh tahun ini.
Dua belas orang Palestina telah terbunuh sejak pernyataan Trump, termasuk seorang anak berusia 19 tahun yang meninggal karena luka-luka pada hari Minggu, sembilan hari setelah dia ditembak dalam sebuah demonstrasi di Gaza.
Nahil Banura, seorang wanita Kristen dari Beit Sahur, sebuah kota di dekat Bethlehem, mengatakan bahwa keputusan Trump telah membuat persiapan Natal menjadi sengsara.
"Orang-orang hanya akan keluar untuk curhat," kata lansia berusia 67 tahun, yang cucunya mengenakan topi Santa Claus dan mencengkeram balon merah muda.
Mungkin sedikitnya 50.000 orang Kristen Palestina berjumlah sekitar 2 persen populasi Muslim di Tepi Barat dan Yerusalem timur. (Marloft)