Konsumsi LPG Yang Makin Memberatkan Beban Subsidi di APBN
Sabtu, 18 Januari 2020, 19:56 WIBBisnisNews.id -- Bangsa Indonesia semakin tidak berdaya karena pengelola negara menyodorkan barang impor, yakni LPG salah satunya. Konsumsi LPG yang besar sementara sebagian besar diimpor, mengakibatkan masyarakat menderita ketergantungan. Sementara, Pemerintah kembali mau impor LPG di tahun 2020 ini.
Jika tetap memaksakan diri bergerak maju, maka sama saja masuk jurang defisit. “Tampaknya sektor energi nasional harus melakukan tarian poco-poco, dengan bergerak mundur dan mundur dan mundur lagi, yakni kembali ke minyak tanah sebagai bahan bakar pengganti LPG,” tutur peneliti AEPI Salamuddin Daeng di Jakarta.
Dia juga menyebutkan, nilai subsidi LPG Indonesia mencapai Rp69,6 triliun lebih pada tahun 2019 lalu. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan 2012 lalu.
“Impor LPG juga sangat besar. Setiap tahun nilainya mencapai Rp40 triliun lebih. Impor LPG mencakup 65-75 persen kebutuhan LPG nasional,” tukas Daeng lagi.
Menurut peneliti muda ini, impor LPG juga sangat besar. Setiap tahun nilainya mencapai Rp40 triliun lebih. Impor LPG mencakup 65-75 persen kebutuhan LPG nasional.
Salamuddin menyatakan negara menderita defisit transaksi berjalan yang sangat besar. Pertamina menderita peradangan keuangan yang juga besar akibat impor ini. Pertamina harus impor LPG sekIn BBM dan minyak mentah untuk kebutuhan konsumsi di dalam negeri.
Lebih membahayakan lagi, Indonesia yang sebelumnya tergantung pada impor minyak mentah, tergantung pada impor solar, tergantung pada impor premium, kini ditambah lagi tergantung pada impor LPG.
“Lalu yang untung siapa? Ya para pelaku usaha impor LPG, para pemenang tender impor LPG, dan tentu saja negara pengekspor LPG ke Indonesia menerima bayaran atas pasar bahan bakar LPG indonesia,” tanya Daeng lagi.
Daeng juga menjelaskan, saat ini ada jalan lain yakni mengganti LPG dangan LNG (gas alam). Mengingat Indonesia adalah negara eksportir LNG terbesar no tiga di dunia.
Namun, untuk memanfaatkan LNG butuh infrastruktur yang bagus di dalam negeri. “Mengapa selama ini infrastruktur LNG ini diabaikan? Siapa yang bermain," tandas Daeng.(helmi)