Menelisik Persiapan Masuknya Pesawat Bongsor Di Bandara Baru Kepri
Minggu, 11 Februari 2018, 13:51 WIB
Bisnisnews.id - Sejumlah destinasi wisata di Kepulauan Riau, seperti Bintan Resort di Lagoi Pulau Bintan barat dan utara memiliki potensi cukup bagus. Pada era-90an kawasan itu masuk destinaai no.4 di Indonesia dengan tingkat kunjungan wisatawan manca negara (wisman) setiap tahun 2 juta orang.
Inilah destinasi wisata Indonesia yang masuk kawasan SIJORI (Singapore - Johor - Riau). Sayangnya, sekitar 70 persen wisatawan asing tersebut mengunjungi tempat-tempat wisata di Kepulauan Riau melalui penerbangan transit Singapura dan baru melanjutkan dengan kapal laut langsung ke tempat wisata di Kepulauan Riau. Seperti ke Bintan Resort di Lagoi Pulau Bintan barat dan utara.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubunga, Agus Santoso mengingatkan maskapai nasional dan pengelola bandara mengambil pasar itu. Pemerintah sendiri terus berupaya mendorong pembenahan bandara yang dapat disinggahi pesawat - pesawat bongsor atau wide body.
Bandara dengan landasan pacu atau runway 3000 meter, dilengkapi fasilitas sisi darat standar internasional, akan merangsang maskapai nasional dan asing yang mengoperasikan pesawat bongsor dari bandara asal dapat singgah langsung (dirrect flight wide body jet aircraft) ke Kepulauan Riau.
Di Riau, pengembang kawasan wisata resort di Bintan berambisi untuk bisa membangun dan mengoperasikan bandara yang diinvestasikannya murni swasta untuk dijadikan bandara Internasional berdimensi landasan panjang dan berskala besar agar bisa menampung pesawat bongsor terbang langsung (dirrect flight wide body jet aircraft) ke kawasan itu.
Pesawat bongsor itu lebih ekonomis, efisien, karena membawa lebih banyak penumpang (factor seat efficiency), menjadikan parameter dominant dalam menetapkan harga ticket yang identik dengan attractiveness paket- paket wisata.
Pesawat bongsor yang dapat mengakomodir para pelancong dari mancanegara, diantaranya, Airbus A300, Airbus A330, Airbus A340, Airbus A350, Airbus A380, Boeing 747, Boeing 767, Boeing 777, Boeing 787 Dreamline.
Memperhatikan keinginan swasta yang didukung dengan finansial yang kuat untuk berinvestasi di wilayah ini, pemerintah, ungkap Dirjen Agus menjamin kemudahan investasi swasta murni masuk di dalamnya.
Keinginan swasta memgembangkan destinasi wisata di Bintan dapat juga mengadopsi skema yang ditawarkan pemerintah. Yaitu, menggabungkan operasi bersama antara Bintan Airport dengan Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang yang sudah ada. Cara ini tentu dinilai lebih efektif dan efisien dalam menarik pasar wisata di tingkat internasional, yang bukan saja dinikmati Bintan Resort tapi objek wisata lain di Kepulauan Riau.
Skema kerjasama lain yang juga bisa diadopsi ialah kerjasama operasi (KSO) dengan PT. Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Raja Haji Fisabilillah yang bertaraf komersial Internasional dan juga berada di Pulau Bintan.
"Manakala skema kerjasama ini berjalan, ini merupakan bandar udara yang betul betul didanai oleh swasta murni dalam pembangunannya mulai dari nol atau biasa kita sebut dengan Green Field," kata Dirjen Agus, saat technical visit di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang dan resort wisata di daerah Lagoi, Minggu (11/2/2018).
Tersedianya bandar udara representatif, dekat dengan tempat wisata bertaraf internasional, diharapkan wisatawan asing bisa langsung terbang ke Indonesia. Dengan demikian devisa yang disedot semakin banyak dan mampu mendongkrak perekonomian lokal Kepulauan Riau. Dirjen Agus bahkan berharap, Bintan bisa dijadikan Hub Wisata Indonesia.
Bandara Baru
Seperti diketahui, kawasan resort wisata internasional Lagoi, Bintan saat ini sedang dibangun bandar udara oleh investor swasta. Namun belum mememuhi persyaratan sebagai bandara komersial.
Sebelumnya izin yang diperoleh adalah bandara khusus yang tidak bisa melayani penerbangan komersial Internasional. Akubatnya pembangunan bandara tersebut menjadi tersendat.
Agar bandara tersebut bisa menjadi bandara komersial internasional, dan pembangunannya bisa terus dilanjutkan, Ditjen Perhubungan Udara menawarkan solusi, agar pengelola bandara (swasta) tersebut untuk melakukan kerjasama operasi (KSO) dengan PT. Angkasa Pura II yangvsekarang ini mengelola Bandara Raja Haji Fisabilillah bertaraf komersial Internasional dan juga berada di Pulau Bintan.
"Jadi nantinya pengelolaan operasional bandaranya? navigasi penerbangannya jadi satu. Di bandara baru tersebut bisa didirikan sub tower ATC yang menginduk pada tower ATC Bandara Raja Haji Fisabilillah. Jarak kedua bandara tersebut tidak jauh sehingga masih bisa dilakukan kerjasama tersebut. Dan kerjasama itu juga sudah jamak dilakukan di dunia penerbangan internasional," ujar Agus .
Sampai saat ini pembangunan bandara baru tersebut sudah menyelesaikan izin penetapan lokasi dan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). Sedangkan Izin Mendirikan Bangunan Bandar Udara (IMBB) sedang dalam proses pembahasan setelah detail disain diselesaikan maka akan diterbitkan IMBBU dan perkerasan runway langsung akan digelar.
Bandara baru tersebut nantinya mempunyai panjang runway sekitar 3.500 X 60 meter sehingga bisa melayani operasional pesawat-pesawat jet berbadan lebar dari mancanegara.
Selain untuk melayani penerbangan wisata, bandara tersebut juga diproyeksikan untuk melayani penerbangan pesawat-pesawat yang akan dirawat. Karena di kawasan sekitar bandara juga akan dikembangkan aerospace park di mana akan ada banyak perusahaan Maintenance Repair and Overhaul (MRO) yang beroperasi.
Saat ini ada sekitar 1200 pesawat yang beroperasi di Indonesia yang lebih dari setengahnya dirawat oleh MRO luar negeri. Karena terbatasnya kapasitas MRO di tanah air dan lamanya pemesanan suku cadang.
Dengan tambahan MRO di bandara tersebut nantinya akan menambah kapasitas MRO nasional dan perawatan pesawat Indonesia bisa dilakukan di dalam negeri. Bahkan juga bisa menarik pangsa pasar luar negeri. Dengan demikian devisa negara akan bertambah, baik dari sektor wisata maupun industri MRO. (Syam S)