Menolak Lupa.....!!! Kasus Kekerasan di STIP Berujung Kematian Kok Selalu Berulang
Rabu, 15 Mei 2024, 13:48 WIBBISNISNEWS.id - Orang tua mana yang tidak terluka hatinya, saat menerima Khabar duka, anak yang disekolahkan di tempat terhormat, dengan harapan mendapatkan masa depan yang lebih baik, akhirnya berujung maut
Lebih mengenaskan lagi, kematian yang menimpa buah hati itu dilakukan sesama taruna yang merasa paling senior dan " Paling Jago", gila hormat, sedikit kesalahan dilakukan adik kelasnya, langsung dianiaya hingga berujung kematian.
Catatan kami, sejak 2008 hingga 2024 ini, ada enam kasus penganiayaan paling menonjol yang dilakukan taruna senior STIP Marunda Jakarta Utara kepada adik kelasnya. Motif penganiayaan okeh taruna senior di kampus milik Kementerian Perhubungan di bawah pengelolaan langsung BPSDM tersebut agak mirip, yakni, taruna senior merasa kurang di hormati. Periode penganiayaan terjadi pada bulan Mei dan April.
Berikut ini enam kasus penganiayaan di kampus kebanggaan Kementerian Perhubungan :
1-Taruna STIP tingkat 1, Putu Satria Rastika, tewas di aniaya oleh seniornya Tegar Rafi Sanjaya dan tiga rekannya di kamar mandi pada 3 Mei 2024.
Polisi menetapkan empat tersangka, para pelaku dijerat pasal 338 juncto subsider Pasal 351 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman penjara selama 15 tahun.
2-Amirulloh Adityas Putra, taruna tingkat pertama STIP, harus meregang nyawa setelah dianiaya oleh lima seniornya, taruna tingkat dua, pada 10 Januari 2017.
Selain Amirulloh yang saat bersamaan dianiaya di lantai II Dormitory Ring 4 Kamar 205 kampus STIP adalah lima taruna tingkat pertama lainnya, dan selamat hanya mengalami luka-luka.
3-Daniel Roberto Tampubolon, taruna STIP tingkat pertama dianiaya seniornya. Kasus ini terbongkar setelah orang tua Daniel, yakni Rosannaria Simanuillang melaporkan ke Polda Metro Jaya pada 8 April 2015.
Dalam pemeriksaan diketahui, Daniel dianiaya dengan tangan kosong dan palu oleh para seniornya. Korban juga dipaksa para pelaku memakan cabai rawit dan mengakibatkan dirinya menderita sesak nafas, mual, sakit di ulu hati, dan pusing, sehingga harus dirawat di RS Pelabuhan, Jakarta Utara .
Polisi menetapkan lima tersangka, yakni, Magister Manurung, Roma Dani, Iwan Siregar, Filipus Siahaan, dan Heru Pakpahan.
4-Dimas Dikita Handoko, taruna STIP harus meregang nyawa, setelah dianiaya oleh seniornya di rumah kos, kawasan Semper Barat Jakarta Utara, pada 25 April 2014.
Para pelaku beralasan, penganiayaan itu terjadi karena korban dinilai kurang menghormati seniornya. Para pelaku, yakni Angga Afriandi (21), Fachry Husaini Kurniawan (19), dan Adnan Fauzi Pasaribu (20).
5-Agung B.Gultom, Taruna STIP tingkat pertama tewas dianiaya 10 orang seniornya pada 12 Mei 2008.
6-Jegos, taruna STIP tingkat pertama, dianiaya oleh seniornya sekitar Nopember 2008. Korban mengalami luka serius di bagian kepala, hingga gegar otak. Penganiayaan terjadi hanya karena Jegos terlambat mencukur rambutnya.
Apa Yang Salah .....?
Pasca berulangnya kasus penganiayaan di kampus milik Kemenhub , yang berujung kematian pada taruna tingkat pertama oleh seniornya, 3 Mei 2024, banyak pihak langsung mengecam.
Pihak Kemenhub sendiri membentuk tim, mencari solusi mengatasi terus berulangnya kasus penganiayaan. Upaya seperti ini pun sebelumnya dilakukan, sayangnya, setelah beberapa lama berlalu dan begitu mudah dilupakan, dan akhirnya kasus serupa kembali terjadi.
Sepertinya, sejak peristiwa kasus penganiayaan taruna junior kepada seniornya di STIP Marunda sejak 2008, hingga tewasnya taruna tingkat pertama Putu Satria Rastika, solusinya belum menyentuh akar masalah.
Artinya, solusi yang dilakukan pihak Kementerian Perhubungan selalu berujung gagal. Sebab, setelah beberapa lama kasus tersebut dilupakan, kemudian kembali dikagetkan kasus penganiayaan serupa, padahal sebelumnya pun sudah ada sistem ada solusi, tapi kasus penganiayaan selalu berulang.
Kasus Kekerasan berujung kematian yang mengagetkan banyak pihak di kampus yang menciptakan pelaut profesional kebanggaan Kemenhub itu, hanyalah bom waktu, dari kemungkinan adanya serangkaian kekerasan yang terjadi di kampus itu.
Anehnya, dari banyaknya kasus kekerasan yang berujung kematian pada kampus STIP tersebut, selain memecat taruna senior sebagai pelaku, mengganti struktur kepemimpinan yang lama dengan yang baru. Kemudian sesaat peristiwa penganiayaan dilupakan, dan baru kembali mencari solusi lagi ketika ada kasus serupa.
Artinya, apa yang dilakukan pihak Kemenhub melalui BPSDM selama ini tidak merubah keadaan lebih baik. Kalau diurut ke belakang, semua kasus penganiayaan berujung kematian motipnya hampir mirip dan korbannya adalah taruna junior dan pelakunya taruna senior.
(Syam)