Pariwisata di Bali Harus Diimbangi Pasokan Listrik Yang Andal
Kamis, 22 Agustus 2019, 14:27 WIBBisnisNews.id -- Peningkatan konsumsi listrik di Provinsi Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia harus diimbangi dengan infrastruktur ketenagalistrikan yang mumpuni. Sektor pariwsata di Bali menjadi penyumpang devisa yang sangat potensial. Namun begitu, listrik di kawasan ini (Bali) harus dibangkit dari energo non fosil, tapi energi terbaruka dan ramah lingkungan.
"Pembangunan pembangkit energi bersih yang mengutamakan pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT) di Pulau Dewata juga perlu penguatan agar sistem kelistrikan menjadi lebih stabil, mengingat karakteristik pembangkit EBT bersifat intermiten," kata Menteri ESDM Ignasius Jonan di Denpasar, Bali, kemarin.
Untuk itu, lanjut dia, Pemerintah telah menyatukan sistem kelistrikan Bali dengan sistem di Pulau Jawa dan Maduru. "Sistem interkoneksi listrik di wiayah Jamali akan terus ditingkatkan, sehingga layanan listrik lebih andal dan konsisten," jelas Menteri Jonan.
Menteri Jonan berharap dengan kerja sama ini dapat meningkatkan pembangunan pembangkit EBT di pulau Bali, mengingat Bali memiliki berbagai potensi energi pembangkit EBT yang dapat dikembangkan, seperti surya, panas bumi, air, biomassa, angin, hingga arus laut.
"Pengembangan ini juga memdorong tercapainya target bauran energi secara nasional dari EBT yang sebesar 23% pada tahun 2025," papar Jonan seperi dilansir laman esdm.go.id.
Dengan adanya JBC lanjut Jonan, akan diperoleh manfaat seperti cadangan bersama sistem Jawa Bali, bauran energi dan skala keekonomian. Dengan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik yang rendah karena dapat menggunakan PLTU Ultra Super Critical di Jawa dan transmisi JBC 500 kV.
Sebagai informasi, rasio elektrifikasi di Provinsi Bali telah mencapai 100%. Sementara daya mampu pembangkit yang dihasilkan untuk kebutuhan pasokan listrik Bali sebesar 1.320 mega watt (MW).
Listrik tersebut dipasok dari PLTU Celukan Bawang 380 MW, kabel laut Jawa-Bali 400 MW, PLTDG Pesanggaran 182 MW, PLTG Pesanggaran 22 MW dan pembangkit BBM 336 MW.
Di samping pembangunan JBC 500 kV, kerja sama juga memuat rencana pengembangan dan pembangunan infrastruktur Hub LNG dan Terminal LNG di lokasi Gilimanuk, Benoa, dan lokasi lain di Provinsi Bali. Peningkatan kapasitas jaringan listrik menuju jaringan cerdas (smart grid) untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pembangunan pembangkit EBT di Provinsi Bali.
Proyek ini diminta dapat berjalan dengan sesuai rencana. Diharapkan seluruh proyek ini cepat terealisasi, sehingga listrik dari energi bersih ini dapat segera dimanfaatkan untuk kendaraan listrik, kompor listrik, dan peralatan lainnya.
"Pemerintah sekarang mendorong penggunaan kompor listrik atau kompor induksi sebagai pengganti kompor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Dengan energi listrik berasal dari sumber-sumber energi domestik, kompor listrik bisa mengurangi impor LPG yang mencapai 5 juta ton setahun," pungkas Jonan. (helmi)