Pariwisata Indonesia Masih Lemah
Minggu, 05 Februari 2017, 02:40 WIBBisnisnews.id - Brand power parisiwata Indonesia masih lemah dan tertinggal dari negera ASEAN seperti Thailand dan Singapura. Karena itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya terus kerja keras agar Indonesia sejajar dengan dunia internasional.
Lemahnya brand power pariwisata Indonesia diungkap Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet terbatas mengenai nasional branding Jumat sore. Presiden Jokowi mengatakan branding Indonesia terlalu lemah di mata internasional.
Di bidang pariwisata, brand power Indonesia berada pada angka 5,2 persen. " " "Artinya juga masih berada di bawah Thailand, 9.4 persen yang memimpin di Asia serta Singapura yang angkanya 8,6 persen," kata Jokowi.
Di bidang perdagangan dan investasi saja, dari data yang diperoleh Jokowi untuk Indonesia hanya 6,4 persen. Jauh di bawah Singapura dan Thailand.
" Kalah dibandingkan Singapura yang hampir mencapai 10 persen dan Thailand yang sedikit di atas Indonesia. Posisi ini berada di bawah rata-rata dunia yang mencapai 7,7 persen," jelas Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat 3 Januari 2017.
Dengan posisi brand Indonesia yang lemah itu, Jokowi menginstruksikan agar segera dilakukan perbaikan. Sebab, semua negara saat ini memaksimalkan untuk membangun nasional brand mereka.
" Dengan menggarap brand power, mereka ingin meningkatkan daya saing di bidang investasi, perdagangan, dan pariwisata. Mereka juga berlomba-lomba membangun reputasi di dunia dengan cara soft power melalui diplomasi kebudayaan, film, diplomasi kuliner sampai diplomasi olah raga," jelas Jokowi
Sebelumnya Anggota DPD RI Emma Yohana mengkritik langkah pemerintah yang tidak kunjung merealisasikan program desa wisata yang pernah digembar-gemborkan oleh Kementerian Pariwisata. Hal itu disampaikan Emma saat Komisi III DPD mengelar Rapat bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Menurutnya, Indonesia telah menargetkan sebanyak 15 juta wisatawan asing pada tahun 2017. Apalagi, anggaran pariwisata sudah dinaikkan hingga lima kali lipat untuk menggenjot penerimaan negara dari para pelancong mancanegara.
" Sektor pariwisata menduduki peringkat keempat dalam menyumbang devisa nasional," kata Emma di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Senator asal Sumatera Barat ini menambahkan kendati mempunyai target yang tinggi, tetapi partisipasi dari kementerian/lembaga terkait belum memberikan dukungan pembangunan pariwisata yang memadai.
" Untuk tahun anggaran 2017, dari 19 K/L yang diharapkan dapat berpartisipasi dalam mendukung pembangunan pariwisata melalui pengalokasian anggaran, hanya 11 K/L yang berpartisipasi, yang besarnya rata-rata kurang dari tiga persen dari seluruh anggaran di kementerian/lembaganya masing-masing," tambahnya. (Gungde Ariwangsa)