Pelindo IV : Disparitas Harga di Timur Indonesia Menyusut
Minggu, 06 Mei 2018, 21:44 WIBBisnisnews.id - Pelabuhan Indonesia IV (Persero) terus membangun konektivitas di Kawasan Timur Indonesia (KTI) hingga suplai sejumlah komoditas di wilayah ini berjalan lancar.
“Dua setengah tahun kami bangun konektivitas di KTI dampaknya disparitas harga antara wilayah timur Indonesia dan baratIndonesia perlahan kini menyusut serta harga barang ditingkat konsumen sudah menurun,” tutur Doso Agung, Dirut Pelindo IV saat seminar peningkatan investasi dan ekspor non migas yang dilaksanakan gabungan perusahaan ekspor indonesia (GPEI) sulawesi tengah.
Doso mengklaim daya beli masyarakat Timur Indonesia kini bergairah kembali, hal itu dikaernakan efek positif dari kelancaran suplai distribusi barang di seluruh pelabuhan yang dikelola Pelindo IV.
Dia mencontohkan, kini harga semen di Wamena, Papua, yang semula Rp500.000 per sak, menjadi Rp300.000 per sak atau mengalami penurunan harga sebesar40 persen, bagitu juga
harga beras di Sorong yang semula Rp13.000 per kg, kini tinggal Rp10.500 per kg atau turun harga sebesar 20 persen dan harga komoditi lainnya.
Konektivitas yang dilakukan Pelindo IV diantaranya membuka rute pelayaran ekspor langsung atau sebaliknya impor dengan tujuan langsung dari dan ke Pelabuhan Makassar dan pelabuhan di kawasan Timur Indonesia langsung atau biasa disebut direct call dan direct expor ke luar negeri dari Timur Indonesia.
Direct call dan direct export hingga kini intens dilakukan Pelindo IV bekerjasama dengan perusahaan pelayaran internasional asal Hongkong, SITC di pelabuhan besar di KTI, di antaranya Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Balikpapan dan Pelabuhan Jayapura.
“Awal kami buka direct call dan mengirimkan barang langsung cuma ke tiga negara dan hanya 40 kontainer per bulan, tapi sekarang sudah mencapai 3 ribu kontainer per bulan,” ujar Doso.
Apa yang telah dilakukan menurutnya sebagai upaya Pelindo IV selaku BUMN hadir di tengah masyarakat sekaligus mengemban tugas pemerintah pusat guna menekan disparitas harga, yang sebelumnya begitu tinggi antara wilayah barat dan timur.
Doso menyatakan direct call dan direct export juga membuka peluang bagi daerah di Indonesia Timur untuk menambah pendapatan daerah.
Sebab Kawasan Timur Indonesia diketahui kaya komoditas unggulan yang selama ini diminati negara asing. Namun, negara asing hanya mengetahui komoditas itu berasal dari Surabaya atau Jakarta lantaran pengirimannya melalui Tanjung Perak atau Tanjung Priok.
Dia mengajak petani dan perajin di Palu dan Sulawesi lainnya untuk sama-sama mensukseskan program direct call dan direct ekspor sehingga dapat menekan biaya logistic serta mempersingkat waktu barang sampai di tempat tujuan.
“Silahkan dikumpulkan di pelabuhan, nanti kami angkut ke Pelabuhan Makassar atau Belikpapan yang merupakan Hub (pelabuhan pengumpul) nanti langsung dikapalkan ke luar negeri,” katanya.
Dalam seminar tersebut selain dihadiri ratusan pengusaha dan perajin semua provinsi di Pulau Sulawesi, Maluku hingga Papua juga pejabat eselon I mewakili Menko Perekonomian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Meneg BUMN, Menteri Perhubungan, Menteri Pertanian ,Gubernur Bank Indonesia, Dirjen Bea dan Cukai, Ketua DPD RI, dan Gubernur Sulteng. (Syam S)