Pembangunan Di Papua Dan Pembebasan Lahan Yang Krusial
Senin, 07 Oktober 2019, 06:21 WIBBisnisNews.id -- Pembangunan di Papua juga kerap mengalami keterlambatan dalam progresnya, tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Hal ini disebabkan cuaca yang selalu berubah-ubah (hujan), kondisi medan atau kontur tanah di lapangan yang berbeda-beda, keberadaan material yang sulit didapat (contohnya batu kerikil didatangkan dari Palu, Sulawesi Tengah), dan keamanan yang kurang kondusif.
Disamping itu, masih ada permasalahan lain, yaitu sulitnya pembebasan lahan. Pembebasan lahan merupakan hal yang cukup kruisial. Memerlukan pendekatan sosiologi dan kultur dengan tokoh masyarakat adat setempat.
Setelah jaringan jalan ini terhubung dalam upaya untuk meningkatkan mobilitas masyarakat, perlu didioperasikan sarana transportasi umum. Paling mudah memberikan program angkutan perintis. Merauke-Boven Digul yang pernah dilayani dengan bus Perintis cukup membayar Rp300 ribu.
Namun dengan kondisi jalan yang rusak, layana bus perintis dihentikan sementara waktu. Sebagai penggantinya dilayani dengan taksi bertarif Rp600 ribu – Rp700 ribu per orang. Apabila menggunakan pesawat terbang bisa mencapai Rp900 ribu. Harapan jalan Merauke-Boven Digul membaik dan bisa beroperasi bus perintis sangat membantu warag di Papua Selatan bermobilitas dengan tarif murah.
Destinasi Wisata PLBN
Layanan ke transportasi umum ke perbatasan Papua Nugini juga sudah diselenggarakan. Ada layanan bus perintis setiap hari pulang pergi dari Jayapura ke Skow dan Merauke ke Sota. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skow dan PLBN Sota sudah menjadi destinasi wisata baru di Provinsi Papua.
PLBN Sota sedang proses pembangunan, sementara PLBN Skow sudah selesai dibangun beberapa tahun lalu. Hendaknya, jaringan jalan yang sudah terbangun dan sudah bisa menghubungkan antar kota, diberikan layanan bus perintis.
Di Papua juga sudah ada layanan operasi bus komersial jarak jauh dengan perjalanan sekitar 8 jam, yakni rute Jayapura – Sarmi. Dilayani pagi dan malam hari, cukup aman rute ini dan peminatnya juga cukup tinggi.
Teruslah membangun infratruktur jalan untuk membuka keterisolasian dan memudahkan mobilitas barang dan masyarakat sebagai upaya menuju Papua yang lebih sehat dan sejahtera di masa mendatang.
*Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi