Pengusaha Tiongkok Diberikan Peluang Besar Investasi di Indonesia
Rabu, 24 Januari 2018, 10:45 WIBBisnisnews.id - Tiongkok diberikan peluang besar menanamkan investasinya pada 10 destinasi wisata di Indonesia. Nilainya, harus lebih besar dari 2016 yang hanya senilai 6,22 miliar dolar AS dan menduduki peringkat ke 16.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengemukakan itu di Beijing, saat menjawab pertanyaan sejumlah awak media China, Selasa malam (23/1/2018) terkait kemungkinan masuknya investor China ke 10 destinasi wisata di Inonesia. Ditegaskan, kewajiban China untuk masuk ke Indonesia.
Nilai investasi Tiongkok pada sektor wisata di Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya. Kalau pada 2016 hanya 6,22 miliar dolar AS, pada 2017 mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu 385 miliar dolar AS dan berada di peringkat dua setelah Singapura.
Kedatangan Arief Yahya ke Tionhgkok dalam rangka kampanye, Bali sudah cukup aman untuk didatangi. Selain menjelaskan soal jaminan keamanan di bali, Arief juga menawarkan para pegusaha China menenamkan modalnya di Indonesia.
Para investor China itu ditarik untuk mengembangkan 10 Bali Baru sebagai destinasi wisata. Dengan demikian dipastikan para investor itu juga akan membawa wisatawannya dari Tiongkok ke Indonesia.
Artinya, mereka bangun sendiri dan jual sendiri.
Pada 2019, jelas Arief semua infrastruktur dan kebutuhan dasar di 10 destinasi tersebut akan rampung, seperti bandara, pelabuhan, jalan raya, ketersediaan air dan listrik.
"Di Danau Toba sudah ada bandara internasional. Nanti di Yogyakarta juga ada. Di Belitung juga sama. Dengan begitu, investasi yang ditanamkan akan bisa berbalik minimal lima kali lipat," katanya menambahkan.
Biaya kunjungan wisata ke 10 daerah itu juga tidak akan mahal karena sudah ada bandara internasional.
"Kalau ke Danau Toba dari Beijing bisa langsung dan itu lebih murah dibandingkan dengan carter (pesawat). Mau ke Belitug juga bisa langsung karena bandaranya juga telah berkelas internasional," katanya.
China merupakan penyumbang terbesar wisatawan asing ke Indonesia, terutama Bali, dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2018, Kementerian Pariwisata menargetkan tiga juta kunjungan wisatawan asing asal China ke Indonesia karena juga bertepatan dengan penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang.
Pada 2017, Kemenpar menargetkan dua juta kunjungan wisman dari China. Namun target itu meleset karena Bali terkena dampak letusan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang memaksa penutupan sementara Bandara Internasional Ngurah Rai di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, pada November 2017.
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Pengembangan 10 Destinasi Prioritas, Hiramsyah Sambudhi Thaib, di depan para pelaku industri pariwisata China menyebutkan bahwa pengembangan kesepuluh wilayah tersebut membutuhkan modal senilai 20 miliar dolar AS.
Ia merinci 10 destinasi tersebut meliputi Danau Toba yang membutuhkan investasi senilai 1,6 miliar dolar AS, Tanjung Kelayang (1,4 miliar dolar AS), Tanjung Lesung (4 miliar dolar AS), Kepulauan Seribu dan Kota Jakarta (1,5 miliar dolar AS), Borobudur (1,5 miliar dolar AS), Bromo-Tengger-Semeru (1,4 miliar dolar AS), Mandalika (3 miliar dolar AS), Labuan Bajo (1,2 milir dolar AS), Wakatobi (1,5 miliar dolar AS), dan Morotai (2,9 miliar dolar AS).(Antaranews/Adhitio)