Penjelasan AP II Soal Traffic, Revenue Sharing dan Kinerja Sepanjang 2019
Senin, 23 Desember 2019, 11:56 WIB
"Traffic harus digenjot, tenant existing harus diutamakan, ketimbang mencari yang baru. Percuma juga revenue sharing diperbaiki, nilai dinaikan atau diturunkan tapi traffic rendah, maka, mitra bisnis akan pergi karena sepi."
BisnisNews.id - PT Angkasa Pura II (Persero) - AP II pastikan, tidak ada kenaikan biaya sewa tenant maupun perubahan pada revenue sharing dengan mitra bisnis di sektor non aero pada 2020.
Skema kerjasama yang dilakukan dengan mitra swasta ialah, tumbuh dan berkembang bersama-sama. Namun yang lebih diutamakan ialah mendongkrak traffic penerbangan dan penumpang.
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, mitra bisnis swasta yang mengisi tenant - tenant di terminal maupun di kawasan pergudangan bandara, hingga kini mampu terus bertahan karena nilai transaksi penjualan menjadi tinggi, diikuti pendapatan.
Demikian pula dengan mitra bisnis swasta di sektor cargo dan pergudangan, skemanya, tidak berubah, profit revenue sharing mengacu kepada pendapatan.
" Tidak ada perubahan, nilai kerjasama pendapatan dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama . Namun yang lebih penting dan sangat mendasar ialah traffic. Mendorong traffic itu jauh lebih penting ketimbang soal besaran revenue sharing," tutur Awaludin, Minggu (22/12/2019) disela -sela public ekspos akhir tahun di terminal 3 Bandara Soekarno - Hatta.
Bisnis aero dan non-aero AP II, triggernya dua. Yakni, tarif dan traffic. Namun bagi manajemen AP II, yang didorong adalah peningkatan traffic dan berusaha untuk menghindari kenaikan tarif.
Sepanjang 2019, seluruh bandara AP II, terutama bandara Soeakarno-Hatta, hampir tidak ada kenaikan tarif. " Kami apresiasi kepada seluruh mitra yang terus bertahan menjalankan bisnisnya di bandara-bandara AP II, karena kami juga merasakan ketika mengalami kesulitan. Namun perlu diketahui, hampir tidak ada kenaikan tarif, tapi kalaupun ada, nilainya kecil sekali," tuturnya.
Demikian pula dengan kegiatan bisnis di non-aero. Dikatakan, tidak ada penyesuaian, yang justeru terjadi ialah, para mitra mengajukan dispensasi akibat penurunan traffic. "Yang ideal buat semua adalah, traffic naik, tarif disesuaikan tapi yang terjadi di sepanjang 2019, dua-duanya tidak terjadi. Traffic turun dan tarif juga tidak dilakukan penyesuaian," tuturnya
Namun yang dilakukan adalah, beberapa keputusan yang memang berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. "Tapi kami tidak ingin memberikan dampak yang membuat sulit semua pihak termasuk para tenant," jelasnya.
Diakui, memang sebelumnya ada dua komponen tarif yang berkaitan dengan tenant. Yakni, tarif yang berkaitan dengan sewa dan tarif yang berkaitan dengan konsesi. "Ada tarif sewa yang harus dibayar rutin dan tarif konsesi yang harus dibayar dengan prosentasi. Pada 2019 awal, kami menggabungkan dua komponen tarif tersebut menjadi satu, yaitu besaran tarif sewa dengan konsesi, tujuannya untuk mempermudah, sehingga fokus kami untuk kita bisa tumbuh bersama dapat terwujud ," jelas Awaludin.
AP II sebagai pengelola bandara dan para mitra bisnis yang mengisi tenant-tenant sama-sama membutuhkan, untuk bisa tumbuh dan berkembang bersama-sama. "Kami tidak bisa hidup kalau maskapai tidak datang, kami juga tidak bisa melihat bandara ramai kalau tenant tidak ada,"tutur Awaludin.
Bagi manajemen AP II, lanjut Awaludin, lebih baik mempertahankan tenant-tenant existing ketimbang mengambil yang baru. Alasannya sudah sangat jelas, mencari tenant baru biayanya lebih mahal. "Tenant existing itu trafficnya jelas, pelanggannya sudah ada. Kalau tenant baru, pertama harus ada biaya, terlebih harus menyediakan fasilitas yang baru, itu pasti," jelasnya.
Kebijakan ini, lanjut Awaludin berlaku pada seluruh bandara, karena dampak penurunan trafic bukan hanya terjadi di bandara Soekarno-Hatta.
" Di sepanjang 2019 ini, dua-duanya tidak kami lakukan, tarif tidak disesuaikan. Tapi yang kami lakukan beberapa keputusan yang memang berpengaruh terhadap kondisi perusahaan," jelasnya.
Kendati demikian, kerja dan pelayanan maksimal, dapat mewujudkan maju, berkembang dan tumbuh bersama dengan mitra bisnis swasta.
"Percuma juga revenue sharing diperbaiki, nilai dinaikan atau diturunkan tapi traffic rendah, maka, mitra bisnis akan pergi karena sepi," tuturnya.
Dia mencontohkan, misalnya, sebelumnya di terminal 2 F, traffic penumpang sempat rendah, sepi, jarang sekali penumpang mau masuk ke internasional. Tenant sepi, mitra swasta hengkang. Tapi sekarang ini, mulai dari terminal 1 - 3 ramai," jelasnya.
KINERJA
Berdasarkan data, revenue PT AP II hingga pertengahan Desember 2019 hanya mengalami kenaikan sebesar satu persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 dan aset bertambah delapan persen. Sedangkan revenue sektor non aero sepanjang 2019 tumbuh 10 persen
Dari sisi traffic, secara keseluruhan penumpang megalami penurunan sebesar 18,85 persen. Untuk penumpang internasional naik lima persen dan internasional LCC 7,64 persen
Soal traffic, kata Awaludin bukan hanya penumpang yang turun tapi juga cargo udara. Namun yang paling besar peurunannya adalah penumpang, hingga 18,85 persen dan salah satu penyebabnya adalah melambungnya harga tiket pesawat, sehingga banyak masyarakat yang membatalkan perjalanannya dengan moda udara.
Selain itu, moda transportasi publik berbasis jalan raya semakin membaik, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untk melakukan perjalanan yang dinilainya lebih efisien.
Seperti halnya juga moda angkutan laut dan kereta api, kapasitasnya terus meningkat dan kinerja pelayanannya membaik.
"Kendati demikian, di sepanjang 2019 ini kami tidak melaukan pengememan investasi, alokasi anggaran sesuai rencana terus jalan dengan total investasi unuk pengembangan infrastruktu bandara senilai Rp 14 triliun.
Seluruh rencana pengembangan terus berlanjut, hingga di 2020 mendatang. Bahkan untuk runway 3 di Bandara Soekarno-hatta diselesaikan dan akan berlanjut pada pengembangan terminal 4.
"Kami tidak ingin mengulangi kesalahan kedua, saat industri sedang mengalami turbulensi, investasi kami kurangi sehingga backlog capacity seperti tahun 2018. Penumpang mencapai 66 juta namun kapasitas terpasang di Soekarno-Hatta saat itu hanya 43 juta," tuturya.
Pengembangan terminal 2 F Bandara Soekarno - Hatta dilakukan pada 1 mei 2019 sebagai terminal LCC, dan traffic meningkat signifikan. Pengembangan terus dilakukan di sektor non aero yaitu dengan selesainya pembangunan hotel di terminal 3. Selanjutnya dikembangkan cargo village.
Bisnis UKM
Dalam mendorong kemajuan bersama dan mendongkrak perekonomian masyarakat, Bandara Soekarno-Hatta memfasilitasi bisnis UKM.
Awaludin mengatakan, Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang menyediakan fasilitas bagi para pelaku usaha di bisnis UKM. Lokasi di terminal kedatanga, sehingga para penumpang yang baru turun dari pesawat bisa berkunjung ke lokasi itu.
"Kami alokasikan khusus sebagai kegiatan usaha bagi para UKM ," kata Awaludin.
Ada beberapa persoalan yang dihadapi para pelaku usaha UKM. Pertama soal permodalan, akses pasar dan keluhan soal akses kompetensi. Di sini, para pelaku usaha UKM belajar dan berbisnis," jeasnya.
AP II, kata Awaludin, tidak keberatan bila ada pelaku bisnis UKM yang datang dan keluar di lokasi yang sudah difasilitasi. "Todak masalah mereka keluar dan masuk. Disini kami menyediakan fasilitas produksi dan promosi bagi para pelaku UKM." (Syam S)