Peristiwa Pejagan-Brebes Tanggungjawab Negara
Rabu, 06 Juli 2016, 23:08 WIB
Bisnisnews.id--Peristiwa kemacetan
menakutkan yang terjadi di Pejagan -Brebes Jawa Tengah hingga puluhan kilo meter
yang menewaskan puluhan orang itu bukan sepenuhnya menjadi beban Kementerian
Perhubungan selaku koordinator angkutan
lebaran tingkat nasional. Lebih tepatnya, ini menjadi tanggungjawab negara
untuk menjelaskannya kepada masyarakat.
Pakar Transportasi
yang juga peneliti pada laboratorium
transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Djoko Setijowarno,
menegaskan, pelaksanaan peristiwa penting yang telah dilaksanakan
bertahun-tahun tersebut melibatkan kemeterian terkait, lembaga pemerintah non
kementerian, Polri termasuk juga pemerintah daerah.
"Artinya ini bukan
sepenuhnya menjadi tanggungjawab satu kementerian seperti Kementerian
Perhubungan yang ditunjuk sebagai koordinator tingkat nasional," kata Djoko
pada Bisnisnews.id, Rabu 6 Juli 2016, terkait peristiwa mengenaskan pada puncak arus mudik lebaran.
Dijelaskan, masing-masing kementerian mempunyai fungsi dan tanggungawab untuk memperlancar kegiatan arus mudik, termasuk Polri Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat dan Pemerintah Daerah. "Yang jadi pertanyaan saya, bagaimana fungsi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas tersebut,"kata Djoko.
Menyinggung soal jalan tol Pejagan--Brebes Timur sepanjang 20,3 km yang diresmikan Presiden RI Joko Widodo, untuk menyambut arus mudik lebaran 2016 yang banyak pihak dikatakan menjadi salah satu penyebab peritiwa mengerikan itu terjadi. Menurut Djoko, jalan bebas hambatan itu berada dibawah kendali Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sehingga tidak bisa langsung menyalahkan Kementerian Perhubungan selaku koordinator.
"Ini adalah
tanggungjawab bersama, dimana negara hadir di dalamnya untuk melayani dan
melindungi rakyatnya. Tugas kordinator adalah mengkoordinir, terma0suk juga
koordinasi dengan Pemeritah Daerah," kata Djoko.
JATUH KORBAN
Menyinggung soal jatuhnya banyak korban dalam peristiwa puncak arus mudik di Pejagan-Brerebes Timur tersebut, Djoko menjelaskan, harusnya semua pihak instropeksi diri, termasuk Polri dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Pera, dan jangan lagi peristiwa memalukan ini digunakan untuk saling menyalahkan.
Djoko menjelaskan, ada empat cacatan penting pada penyelenggaraan angkutan lebaran 2016. Yaitu 1. Berdasarkan data Korlantas untuk arus mudik disebutkan, angka kecelakaan tahun 2015 (1.022), tahun 2016 (856), turun 16 persen. Korban tewas tercatat 175 orang (2016), 229 orang (2016), turun 25 persen.
Melihat data itu, nampaknya tujuan pemerintah
tercapai, tapi hal ini lebih dipengaruhi oleh kondisi macet dan lajunya rendah. Sehingga sangat wajar kalau dikatakan
kecelakaan menurun, dan ini bukan karena
kesadaran tapi karena kondisi.
2. Rekayasa lalu lintas yang dilakukan Korlantas bukan sekedar buka tutup dan buat contra flow. Akan tetapi untuk mengendalikan volume kendaraan sebesar mudik lebaran, harus dilakukan simulasi. Oleh sebab itu Korlantas hausnya meminta pendampingan dari Tim TRAFIC ENGINEERING atau ahli lalu lintas yang dapat mensimulasi dan memprediksi kapan terjadi hambatan, serta dapat memberikan alternatif penanganan.
3. Informasi terakhir, korban meninggal dunia
sudah mencapai 20 orang, walau tidak seluruhnya akibat kemacetan, yang membuat pemudik
stress. Belum lagi ada pemudik yang stress berat dengan berteriak teriak
histeris. Sungguh ironis dan tragis. Kejadian ini mungkin hanya terjdi di
Indonesia.
4. Percepatan pembangunan TOL TRANS JAWA yang akan dgenjot pemerintah, bukan jaminan memperlancar kegiatan arus mudik. Tapi yang diuntungkan adalah ATPM karena penjualan kendaraan roda empat meningkat pesat. Dan ini telah terbukti setiap tahun.