Bisnisnews.id - Fatah meminta warga Palestina untuk terus demonstrasi mengenai peralihan kebijakan Washington tentang Yerusalem. Ia mengkonfirmasi bahwa pemimpinnya akan menolak bertemu dengan Wakil Presiden AS akhir bulan ini untuk memprotes keputusan kontroversial tersebut.

 

Setelah demonstrasi mencengkeram Tepi Barat dan Gaza tiga hari berturut-turut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan berada di Paris pada hari Minggu 10 Desember di mana para demonstran telah berkumpul pada malam kedatangannya.

 

Menteri Liga Arab, yang bertemu dalam sebuah pertemuan darurat di Kairo Sabtu malam (9/12) mendesak Washington untuk membatalkan keputusannya tentang Yerusalem.

 

Keputusan Presiden Donald Trump pada hari Rabu yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel menyebabkan reaksi diplomatik global yang luar biasa.

 

Empat orang Palestina kini telah terbunuh dan puluhan lainnya cedera sejak Trump mengumumkan kebijakan baru tersebut, dan mendapat kritik dari setiap anggota Dewan Keamanan PBB lainnya pada sebuah pertemuan darurat pada hari Jumat (8/12).

 

Dalam sebuah pernyataan, Fatah mendesak warga Palestina untuk terus melakukan konfrontasi dan memperluasnya ke semua titik di mana tentara Israel hadir di Tepi Barat.

 

Presiden Palestina Mahmud Abbas juga menarik diri dari pembicaraan dengan Pence yang akan melakukan perjalanan ke wilayah tersebut akhir bulan ini.

 

"Tidak akan ada pertemuan dengan wakil presiden Amerika di Palestina," kata penasihat hukum Abbas, Majdi al-Khaldi kepada AFP.

 

Paus dari Mesir, Tawadros II juga membatalkan pertemuan dengan Pence, dengan mengatakan bahwa pengumuman Trump telah gagal memperhitungkan perasaan jutaan orang Arab.

 

Ahmed al-Tayeb yang memimpin Al-Azhar, lembaga Muslim Sunni terkemuka di Mesir, juga telah menarik diri dari pertemuan yang direncanakan. (Marloft)