Setelah Merdeka, Kurdi Irak Segera Hadapi Larangan Penerbangan
Kamis, 28 September 2017, 21:03 WIBBisnisnews.id - Ratusan penumpang menunggu untuk naik pesawat keluar dari wilayah Kurdi di Bandara Internasional Irbil pada hari Kamis 28 September, setelah Baghdad mengancam akan melarang penerbangan menyusul referendum kemerdekaan yang diadakan oleh Kurdi Irak awal pekan ini.
Sebagian besar maskapai internasional yang terbang ke dan dari bandara di wilayah Kurdi mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penerbangan mulai Jumat malam sesuai dengan larangan tersebut.
Pada hari ini juga, Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan bahwa Turki telah sepakat untuk hanya berurusan dengan Baghdad mengenai ekspor minyak dari wilayah Kurdi.
Di bandara Irbil, penumpang yang banyak orang asing mengatakan bahwa mereka menghindari kemungkinan terjebak begitu larangan terbang diberlakukan pada hari Jumat.
Menteri Perhubungan Irak memerintahkan perusahaan penerbangan internasional untuk menghentikan pelayanan ke Irbil, ibukota daerah Kurdi, dan Sulaimaniyah, kota kedua, mulai Jumat malam.
Maskapai penerbangan negara Qatar Airways telah mengumumkan semua penerbangan ke dan dari wilayah Kurdi akan dibatalkan mulai hari Sabtu. Maskapai Timur Tengah Lebanon, EgyptAir dan Royal Jordanian hari Rabu 27 September mengumumkan bahwa penerbangan akan dihentikan mulai Jumat malam.
Maskapai LCC FlyDubai mengatakan bahwa pihaknya menghentikan penerbangan dari hari Sabtu 29 September. Dan Air Arabia yang berbasis di Sharjah mengatakan bahwa pihaknya akan menangguhkan sementara penerbangannya dari Sabtu sesuai dengan perintah yang diterimanya dari Otoritas Penerbangan Sipil Irak.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu malam 27 September, al-Abadi mengatakan bahwa Turki akan mendukung semua tindakan Irak terhadap referendum kemerdekaan Kurdi.
Membantah Baghdad, wilayah Kurdi yang otonom selama ini telah secara sepihak mengekspor minyak mentah yang diproduksi di wilayah mereka dan wilayah yang diperebutkan melalui Turki.
Ankara telah menjalin hubungan dekat dengan wilayah Kurdi Irak, namun sangat menentang langkahnya menuju kemerdekaan, karena khawatir hal itu dapat menginspirasi minoritas Kurdi di Turki. Mereka telah mengancam tindakan militer dan sanksi ekonomi terhadap wilayah tersebut.
Dari pemberitaan AP, referendum Kurdi untuk kemerdekaan dari Irak didukung lebih dari 92 persen, kata komisi pemilihan wilayah Kurdpada hari Rabu, dengan jumlah pemilih lebih dari 72 persen. (marloft)