Siapa Nikmati Subsidi, Rakyat Atau Pengusaha ?
Kamis, 09 Januari 2020, 13:53 WIBBisnisNews.id -- Anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan liquit petroleum gas (LPG) tabung 3 kg dalam APBN tahun 2019 ditetapkan sebesar Rp100.6 triliun atau lebih rendah Rp2.8 triliun dibandingkan dengan outlook-nya. Sedang di tahun 2018 sebesar Rp103.4 triliun (termasuk pembayaran sebagian kurang bayar subsidi tahun 2016 sebesar Rp12.3 triliun.
Subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg dalam APBN tahun 2019 antara lain terdiri atas: subsidi Jenis BBM Tertentu (JBT) sebesar Rp31.04 triliun dan subsidi LPG tabung 3 kg sebesar Rp69.6 triliun. "Alokasi subsidi tersebut termasuk perhitungan carry over ke tahun berikutnya sebesar Rp8.12 triliun," kata peneliti AEPI Salamuddin Daeng di Jakarta.
Dikatakan, perhitungan anggaran subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg tahun 2019 tersebut menggunakan asumsi dan parameter antara lain :
(1) Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar Rp15.000/US$; (perkiraan salah telak)
(2) Asumsi ICP sebesar US$70/barel; (asumsi salah telak)
(3) Volume BBM bersubsidi sebesar 15.110 ribu kiloliter;
(4) Subsidi terbatas minyak solar sebesar Rp2.000/liter; dan (5) volume LPG tabung 3 kg sebesar 6.978 juta kg.
Dalam APBN tahun 2019, jelas Daeng, alokasi anggaran subsidi listrik ditetapkan sebesar Rp59.3 trilun atau lebih rendah Rp672,9 miliar dibandingkan dengan outlook-nya. Dalam tahun 2018 sebesar Rp59.99 triliun (termasuk pembayaran kurang bayar tahun sebelumnya Rp5.3 miliar.
"Sedang alokasi subsidi dalam APBN tahun 2019 termasuk perhitungan carry over ke tahun berikutnya sebesar Rp6 triliun," papar Daeng.
Besaran Subsidi Listrik
Sementara, perhitungan anggaran subsidi listrik tahun 2019 tersebut menggunakan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar Rp15.000/US$ dan ICP sebesar US$70/ barel. Asumsi salah telak.
"Selain itu, kebijakan subsidi listrik tersebut diberikan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan listrik golongan rumah tangga daya kecil (450 VA dan 900 VA) yang membutuhkan dukungan Pemerintah," papar Daeng.
Selanjunya, volume LPG 3 kilogram (kg) subsidi tahun ini mengalami kenaikan 7 persen dalam APBN 2019 menjadi 6,978 juta metrik ton (MT) dari realisasi 2018 sebesar 6,552 juta MT.
"Inilah kesalahan terbesar dalam pengelolaan energi. Sekarang ini LPG adalah bahan bakar pemakan subsidi paling besar. Bandar bandar LPG menjadi kaya raya. Untuk mendapatkan ijin menjadi bandar LPG orang siap menbayar berapapun," tandas Daeng.(nda/helmi)