Tanggapan Qatar Keluar, Kuartet Negara Arab Berunding
Rabu, 05 Juli 2017, 11:15 WIB
Bisnisnews.id - Kuartet negara-negara Arab mengatakan Rabu dini hari (5/7/2017) bahwa mereka telah menerima tanggapan Qatar atas tuntutan mereka untuk mengakhiri sebuah krisis diplomatik yang mencengkeram Teluk Persia, tepat menjelang pertemuan yang direncanakan di Kairo. Apa yang dikatakan Qatar dalam menanggapi tuntutan tersebut masih belum jelas.
Bahrain, Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka akan menanggapi pada waktu yang tepat. Negara-negara itu tidak merinci langkah-langkah apa yang mereka ambil, meskipun sebuah lembaga pemeringkat kredit memperingatkan bahwa ekonomi Qatar telah berubah negatif.
Negara-negara tersebut memutuskan hubungan dengan Qatar, tuan rumah FIFA 2022 di Piala Dunia awal bulan lalu karena dukungan mereka untuk kelompok ekstremis dan hubungan dengan Iran. Qatar membantah mendukung ekstremis dan telah mempertahankan hubungan dengan Iran. Kedua negara berbagi lapangan gas alam bawah laut yang sangat besar.
Negara-negara mengeluarkan daftar 13 permintaan (22/6/2017), memberikan Qatar 10 hari untuk mematuhi. Mereka kemudian memperpanjang tenggat waktu 48 jam lagi atas permintaan Kuwait, yang telah bertindak sebagai mediator untuk menyelesaikan krisis tersebut. Batas waktu itu berakhir Rabu pagi 5 Juli 2017.
Kemudian Rabu, menteri luar negeri dari 4 negara Arab akan bertemu di Kairo untuk membahas langkah selanjutnya. Selasa larut malam (4/7/2017), kantor berita Mesir, MENA melaporkan bahwa kepala badan intelijen dari negara-negara tersebut telah bertemu di Kairo dengan kemungkinan akan membahas krisis tersebut.
Apa yang dikatakan Qatar dalam menanggapi tuntutan tersebut masih belum jelas. Krisis telah menjadi perhatian global karena tidak ada pihak yang tampaknya mundur. Qatar, pengekspor gas alam cair terbesar di dunia, menjadi tuan rumah sekitar 10 ribu tentara Amerika di Pangkalan Udara al-Udeid. Sekretaris Negara AS, Rex Tillerson telah berusaha untuk meredakan ketegangan, sementara komentar Presiden Donald Trump tentang Qatar mendanai kelompok-kelompok ekstremis memihak negara-negara pimpinan Saudi.
Negara-negara tersebut dapat menjatuhkan sanksi finansial atau memaksa Qatar keluar dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC), sebuah badan regional yang berfungsi sebagai penyeimbang Iran.
Beberapa media Arab telah menyarankan sebuah konfrontasi militer atau perubahan kepemimpinan di Qatar, namun para pejabat mengatakan bahwa opsi tersebut tidak ada.
Pada hari Selasa (4/7/2017), Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel mengunjungi pejabat di Uni Emirat Arab dan Qatar. Dia mengatakan Jerman mendukung upaya UEA dalam menghadapi mereka yang mendanai ekstremis.
Menteri Luar Negeri Emiristan, Abdullah bin Zayed Al Nahyan terus menekan Qatar, "Untuk mengalahkan terorisme, kita harus menghadapi ekstremisme, kita harus menghadapi pidato kebencian, kita harus menghadapi perlindungan dan perlindungan ekstremis dan teroris, dan mendanai mereka," kata Sheikh Abdullah dikutip dari The Associated Press. "Sayangnya, kita di wilayah ini melihat bahwa negara saudari kita Qatar telah mengizinkan dan mendorong semua ini."
Sementara itu menteri luar negeri Qatar mengkritik empat negara Arab karena mencoba mengisolasi Qatar di bawah bendera memerangi terorisme, "Mereka pikir mereka akan bertemu dengan simpati internasional karena tindakan anti-terorisme," kata Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Meskipun rute Qatar Airways melewati tetangganya telah terputus, seiring dengan perbatasan darat satu-satunya dengan Arab Saudi, negara tersebut telah mampu mencari makanan dari negara lain. Perekonomiannya, yang didorong oleh ekspor gas alamnya, terus berlanjut meski ada tekanan pada pasar saham dan mata uangnya.
Lembaga pemeringkat kredit Moody's memperingatkan Rabu pagi bahwa pihaknya telah menetapkan prospek ekonomi Qatar menjadi negatif atas krisis tersebut.
"Bergantung pada durasi dan potensi ketegangan eskalasi lebih lanjut, perselisihan tersebut dapat berdampak negatif terhadap kekuatan ekonomi dan fiskal Qatar. Tidak ada resolusi cepat, aktivitas ekonomi kemungkinan akan terhambat oleh tindakan yang diberlakukan sejauh ini." kata Moody's. (Marloft)