Tarif KA Bandara, Rp 100 Ribu Waktu Tempuh 40 - 50 Menit
Jumat, 24 November 2017, 09:49 WIBBisnisnews.id - Desember 2017, masyarakat yang akan ke Bandara Soekarno-Hatta sudah bisa menggunakan angkutan umum massal berbasis rel atau kereta. Berangkat dari stasiun Sudirman Baru (dukuh atas) Jakarta Pusat dan berakhir di terminal 3 bandara Soekarno-Hatta Tangerang setiap 30 menit.
Tarif yang dikenakan pada satu bulan pertama operasi (Desember 2017) hanya Rp 30 ribu. Tapi pada Januari 2018 dan seterusnya, tarif berlaku normal. Pihak manajemen PT Railink selaku operator KA Bandara telah mematok minimal Rp 100 ribu bahkan ada kemungkinan aik menjadi Rp 150 ribu.
Tarif KA Badara ini tidak diatur dan disubsidi pemerintah karena bukan masuk kelas ekonomi. Sumber pendanaan infrastruktur proyek KA Bandara yang mencapai Rp 5 triluhn ini juga tidak mengunakan APBN. Tapi murni dari investasi PT KAI dan PT Angkasa Pura II selaku pemegang saham PT Railink.
Karena pembiayaan bukan dari APBN, penetapan tarif juga dilakukan internal manajemen PT Railink. Besarnya tarif KA Bandara itu, juga dipengaruhi oleh jarak tempuh, biaya pembebasan lahan dan konstruksi.
Dengan tarif sebesar itu (Rp 100 Ribu) masyarakat yang mengejar waktu ke Bandara Soekarno-Hatta bisa lebih aman dan nyaman. Terutama yang akan melakukan perjalanan dengan pesawat udara, karena waktu tempuh kereta itu dijanjikan 40 sampai 50 menit.
Waktu tempuh itu jauh lebih cepat ketimbang menggunakan moda jalan raya. Sebut saja seperti angkutan umum bus DAMRI dari Stasiun Gambir Jakarta Pusat. Tarif hanya Rp 40 ribu, namun waktu tempuh jauh lebih lama atau rata-rata sekitar 1 jam.
Menggunakan angkutan umum khusus, seperti taksi tarifnya nyaris sama dengan KA Bandara yaitu berada pada kisaran Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu termasuk bayar tol. Namun waktu tempuh tidak bisa dipredisi. Karena kondisi lalulintas dari Jakarta menuju bandara Soekarno-Hatta kerapkali padat.
Alternatif angkutan yang siap operasi itu menjadi pilihan bagi masyarakat. Namun, ketimbang menggunakan kendaraan pribadi dengan beragam resiko biaya, termasuk biaya tol dan parkir di bandara yang super mahal, angkutan umum bisa jauh lebih baik dan lebih nyaman karena tidak melelahkan.
Bagi pelaku bisnis atau perjalanan dinas yang beragam kesibukan, angkutan umum berbasis rel ini tentu menjadi alternatif, ketimang angkutan umum jalan raya terlebih kendaraan prbadi. Resiko tertinggal pesawat lebih kecil ketimang jenis angkuan lain.
-Mau Ke Bandara ? Naik Kereta Aja
Integrasi Antar Moda
Rencananya, KA Bandara Soekarno-Hatta akan melalui lima stasiun. Yaitu, Stasiun Manggarai, Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, Stasiun Batu Ceper dan Stasiun Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Stasiun Sudirman Baru nantinya terhubung ke Stasiun Sudirman dengan adanya fasilitas pejalan kaki.
Stasiun Sudirman Baru berfungsi sebagai area interchange (integrasi moda transportasi publik) yang menghubungkan masyarakat dengan keseluruhan kawasan Dukuh Atas mencakup Stasiun Sudirman (KRL), bus TransJakarta, MRT dan LRT. Dengan demikian, masyarakat Jakarta dan sekitarnya akan semakin mudah mengakses transportasi publik menuju bandara.
Para calon penumpang yang berasal dari wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Serpong dan Bekasi dapat dengan mudah mencapai Bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan KRL ke Stasiun Sudirman yang terintegrasi dengan Stasiun Sudirman Baru.
Sedangkan bagi calon penumpang yang tidak menggunakan KRL, baik menggunakan bus TransJakarta, bus dalam kota, taksi atau kendaraan pribadi, dapat berpindah di Stasiun Sudirman Baru untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan KA menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Fasilitas yang bisa diikmati para calon penumpang, selain dijamin berada di zona nyaman juga fasilitas lain di stasiun. Yaitu ticketing counter, tapping gate, eskalator, commercial area, toilet dan mushola. Khusus di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta bahkan dilengkapi dengan public hall, waiting lounge, konektivitas ke integrated building dan APMS/skytrain.
Kereta bandara yang dirakit oleh PT.INKA, dengan mesin produksi Bombardier Swedia itu mendesain khusus tempat duduk para penumpang dengan jarak di masng-masing kursi 50 cm. Lebih lebar ketimbang kereta pada umumnya di Indnesia, sehingga peumpang dapat mengatur sendiri tingkat kenyamanan duduk karena kemiringan kursi dan sandaran tangan dapat diatur oleh penumpang.
Fasilitas lain yang disediakan kepada para peumpang ialah, charging port atau charger ponsel. Toilet pria dan wanita. Di tiap kereta juga dilengkapi bagasi khusus untuk menempatkan barang bawaan penumpang serta empat layar TV LED untuk hiburan dan juga memberikan informasi posisi kereta.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap, minimal 30 persen dari total jumlah penumpang pesawat udara di Bndara Soekarno-Hatta menggunakan kereta bandara. Artinya, dengan penyerapan penumpang, terutama pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum massal berbasis rel, selain mengurangi tingat kemcetan jalan juga memperpanjang umur jalan alias tidak cepat rusak.
Dalm uji coba sekaligus peninjauan lapangan oleh Menhub Budi, Kamis (23/11/2017), kareta tersebut sudah laik operasi. Sejumlah fasilitas mulai dari stasiun keberangkatan (Sudirman Baru) hingga ke stasiun tujuan di terminal 3 Soekarno-Hatta.
"Kita harapkan dengan kereta bandara ini 30 persen orang yang menuju bandara Soekarno-Hatta akan pindah ke kereta api. Karena kereta api ini kan dicintai masyarakat,"tutur Menhub.
Dalam melakkan oeninjauan itu, Menhub Budi juga mengakui masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Mantan Dirut PT AP II itu mengatakan telah memerintahkan PT Railink segera melakukan oerbaik secara cepat kekurangan yang ada, sehingga target operasi paa Desember tahun ini dapat direalisasikan.
"Memang masih ada kekurangan, tapi dari hari ke hari kita terus lakukan perbaikan-perbaikan. Seperti lintasan sebidang yang mesti disempurnakan. Sebenarnya pada tanggal 25 November ini sudah bisa mulai beroperasi, tetapi kita ingin proyek ini benar-benar aman. Kita berikan kesempatan PT Railink beruji coba," tandasnya.
Apresiasi
Terkait penggunaan anggaran untuk keseluruhan biaya (pembebasan lahan, hingga konstruksi) Menhub Budi mengatakan, memberikan mengapresiasi. Karena sejak awal dimulai proyek hingga siap operasi tidak menggunakan dana APBN atau murni PT Railink.
"Saya mengapresiasi proyek ini karena tidak menggunakan Rp. 1 pun uang negara dari APBN. Proyek-proyek seperti ini harus kita dorong," jelkasnya. (Syam S)