Testimoni The Fed, Dolar AS Meroket Rupiah Berpotensi Melemah
Kamis, 01 Maret 2018, 12:28 WIBBisnisnews.id - Dolar AS terus menguat setelah testimoni Pidato Gubernur The Federa Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres, namun itu tidak menguntungkan bagi Rupiah yang cenderung melemah. Hingga Kamis (1/3/2018) sudah tembus ke angka Rp 13.700 per dolar AS.
Di hadapan kongres, The Fed menyampaikan optimismenya terhadap pemulihan ekonomi AS, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dari sisi moneter untuk mencegah overheating ekonomi, yaitu melalui penyesuaian tingkat suku bunga.
Sedangkan sentimen positif dari dalam negeri minim, pelaku pasar masih menunggu rilis inflasi pasca kenaikan BBM non subsidi.
Analis Bina Artha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan, antisipasi terhadap rilis inflasi membuat pelaku pasar menahan diri terhadap Rupiah dan cenderung memilih dolar AS yanng sudah jelas mengalami penguatan.
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diumumkan Bank Indonesia, di Jakarta, Kamis, rupiah berada di Rp13.793 per dolar AS atau melemah 86 poin dibanding Rabu (28/2) yang sebesar Rp 13.707/ per dolar AS.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan pelemahan rupiah karena dua faktor yakni pertama data perbaikan ekonomi AS seperti indeks keyakinan konsumen yang meningkat sejak 2000.
"Dan juga pidato Powell yang mengindikasikan ekonomi ke depan membaik dan inflasi yang akan naik," kata Dody kepada Antara.
Namun kondisi ekonomi domestik, diyakini Dody, tidak akan membuat pelemahan rupiah terlalu dalam, terutama karena sasaran inflasi yang masih terjaga di jangkar Bank Sentral dan proyeksi pertumbuhan yang lebih baik tahun ini.
Nilai tukar rupiah antarbank di Kamis pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp13.791 dibanding posisi sebelumnya Rp13.756 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pelaku pasar menterjemahkan pidato Powell sebagai sikap yang "hawkish".
"Sikap `hawkish` The Fed itu direspon oleh pelaku pasar dengan melepas sebagian aset di mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga rupiah mengalami tekanan," katanya.(Adhitio)