Uni Afrika dan Uni Eropa Sepakati Pengembalian Migran Dari Libya
Jumat, 01 Desember 2017, 23:56 WIBBisnisnews.id - Para pemimpin Eropa dan Afrika telah menetapkan tatanan untuk memberantas pelecehan mengerikan terhadap migran Afrika di Libya, di mana ribuan orang menderita di wilayah tanpa hukum.
Pada hari Kamis (30/11), KTT Uni Afrika (UA) dan Uni Eropa menetapkan untuk segera mengembalikan 3.800 migran yang mendekam di sebuah kamp dekat Tripoli.
"Ratusan ribu lainnya sekitar 400.000 sampai 700.000 tetap terdampar," menurut kepala Komisi UA, Moussa Faki Mahamat.
Komitmen KTT yang diprakarsai sebuah laporan televisi CNN mengenai orang kulit hitam Afrika yang dijual sebagai budak di Libya disambut baik.
"Ini adalah langkah ke arah yang benar," Direktur Internasional Organisasi untuk Migrasi (IOM) Eropa, Eugenio Ambrosi mengatakan kepada AFP.
"Ini terlalu sedikit untuk menyelesaikan masalah perbudakan, tapi pasti akan mengurangi masalah sampai batas tertentu," kata Ambrosi.
Hal tersebut diumumkan pada sebuah pertemuan di sela-sela KTT yang diselenggarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan delapan negara Uni Eropa dan Afrika lainnya serta perwakilan UA, UE dan PBB.
Macron mengatakan bahwa pemerintah Libya, Perdana Menteri Fayez al-Sarraj telah mengidentifikasi dan memberikan akses ke kamp-kamp terburuk untuk memungkinkan kembalinya orang-orang yang ingin pulang ke rumah.
Kelompok Macron juga memutuskan untuk bekerja dengan sebuah satuan tugas, yang melibatkan polisi dan dinas intelijen, untuk membongkar jaringan, pembiayaan dan menahan pelaku perdagangan manusia," katanya.
Mereka berjanji untuk membekukan aset dari pedagang yang teridentifikasi. UA akan membentuk sebuah panel investigasi dan PBB dapat mengajukan kasus ke Pengadilan Internasional. (marloft)