Upaya Ditjen Hubud Mempertahankan Nilai Audit ICAO USOAP
Senin, 19 Maret 2018, 15:47 WIB
Bisnisnews.id - Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso mengatakan, Indonesia merupakan negara besar berbentuk kepulauan yang terhubung dengan moda transportasi penerbangan dan ratusan bandar udara.
"Keselamatan penerbangan hanya bisa dikelola dengan perilaku yang proaktif dan prediktif. Perilaku proaktif tercermin dalam kepatuhan pengawasan soal keselamatan penerbangan," tutur Dirjen Agus dalam sambutan tertulisnya pada pembukaan Workshop ICAO USOAP - CMA yang dibacakan Sekditjen Perhubungan Udara Pramintohadi Sukarno, Senin (19/3/2018) di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Dirjen Agus berharap, workshop yang digelar bersama ICAO ini mampu mendorong peningkatan nilai Efective Implementation USOAP. Minimal mampu mempertahankan hasil audit sebelumnya sebesar 80,34 persen. "Dengan acara ini kami berusaha meningkatkan nilai Efective Implementation USOAP dengan penguatan SDM penerbangan kita," tutur Agus.
Workshop hasil kerjasama Indonesia dan ICAO yang berlangsung hingga 21 maret 2018 itu, ungkap Agus, diharapkan menjadi tempat tukar pikiran yang aktif antar kedua belah pihak, sehingga mendapatkan masukan dan hasil yang maksimal.
Kegiatan workshop ini membahas materi seputar ICAO USOAP seperti CMA Online Framework (OLF) dan Electronic Filing of Differences (EFOD);PQ Self-Assessment; Submit/ Update Corrective Action Plans (CAPs); dan iSTARS 3.0 SPACE. Semua kegiatan tersebut akan dibimbing oleh ICAO Headquarter Chief Oversight Support – Air Navigation Bureau,Thomas Mistos dan Regional Officer Air Traffic Management ICAO Asia and Pacific Office, Leonard Wicks.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan sesi Demonstration and Group Exercises (Develop and manage CAPs) yang merupakan sesi latihan kelompok guna melatih seluruh Focal Point ICAO USOAP Indonesia dalam kaitannya untuk menghadapi audit keselamatan penerbangan.
Direktur Navigasi Penerbangan Polana Pramesthi dalam laporannya, dengan dilaksanakannya workshop ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dalam mengelola serta meningkatkan kepatuhan kita terhadap ICAO SARPs dan menyesuaikan dengan peraturan nasional Indonesia serta implementasinya.
"Selain itu juga agar dapat meningkatkan kompetensi SDM penerbangan sipil Indonesia khususnya pengawasan keselamatan penerbangan sipil Indonesia dan meningkatkan koordinasi yang telah terjalin dengan baik dan semakin sinergis antara berbagai pihak terkait pengawasan keselamatan penerbangan sipil di Indonesia," ujarnya.
Seperti diketahui, pada Oktober 2017 yang lalu, ICAO baru saja melakukan Coordinated Validation Mission (ICVM) yang hasilnya menunjukkan angka Effective Implementation (EI) sebesar 80,34 pesen.
Pencapaian tersebut menunjukkan peningkatan signifikan Effective Implementation (EI) Indonesia apabila dibandingkan dengan hasil audit pada tahun 2014 dan tahun 2016 lalu.
Berdasarkan ICVM pada bulan Oktober 2017 lalu, Indonesia berhasil menutup 257 PQs dari total
421 Un-satisfactory PQs dari audit sebelumnya. Kondisi ini menjadi motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai EI yang berbanding lurus dengan tingkat keselamatan penerbangan di Indonesia. (Syam S)