Aksi Korporasi KIK-EBA Maskapai Garuda Jadi Solusi Atasi Kebutuhan Finansial
Selasa, 31 Juli 2018, 15:29 WIBBisnisnews.id - Pemerintah terus berupaya mendorong peningkatan kinerja keuangan maskapai Garuda Indonesia Tbk. Meskipun dalam laporan keuangan H1/2018 masih mengantongi kerugian 114 juta dolar AS, namun pemegang saham optimis, kinerja BUMN satu ini akan kembali membaik.
Pemegang saham, melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M. Soemarno merestui penerbitan produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) PT Garuda Indonesia Tbk. Hasilnya diyakini mampu mengatasi seluruh kebutuhan finansial perusahaan.
Menneg BUMN Rini M Soemarni mengatakan, penerbitan produk KIK-EBA itu sangat positif guna memenuhi kebutuhan finansial perusahaan.
Baca Juga
"Saya ucapkan selamat kepada seluruh jajaran manajemen Garuda Indonesia atas kerja kerasnya dalam penerbitan produk sekuritisasi itu," jelas Rini M. Soemarno saat memberikan sambutan dilaksanakannya pencatatan perdana produk KIK EBA GIAA01 di Jakarta, Selasa (31/7/2018)
Rini menilai, cara ini palilng efektif dan menjadi solusi penting mengatasi pendanaa yang dilakukan Garuda Indonesia. Dengan uang uang itu, oerseroan diharapkan bisa ters melakukan ekspansi.
"Ini adalah salah satu solusi alternatif pendanaan yang dilakukan Garuda Indonesia untuk memenuhi kebutuhan finansial perusahaan sehingga perseroan mempunyai modal yang lebih besar untuk terus berekspansi," katanya.
Aksi korporasi yang dilakukan jajaran direksi Garuda Indonesia, ungkap Rini akan mendorong perbaikan kinerja perseroan dan juga mendukung program Pemerintah dalam peningkatan konektivitas udara.
Sekuritisasi aset yang dilakukan perseroan merupakan upaya menjaminkan aset termasuk salah satunya atas pendapatan di masa depan yang akan dialihkan hak pendapatannya. Aksi korporasi ini, papar Rini lebih terkendali karena aset yang di gunakan sebagai agunan sudah terseleksi dengan baik.
Menteri BUMN juga mendorong agar lebih banyak BUMN dan swasta untuk melakukan sekuritisasi aset mengikuti jejak Garuda Indonesia dan sebelumnya oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Indonesia Power dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang melakukan sekuritisasi aset Kredit Perumahan Rakyat (KPR).
"Beberapa BUMN telah sukses menerbitkan sekuritisasi dan mendapat respons positif dari investor. Jadi pemerintah akan terus mendorong semakin banyak BUMN yang terlibat dan ke depannya, dengan modal dan pendanaan yang cukup, akan mendorong BUMN untuk melebarkan sayap ekspansi dan akan membuat BUMN semakin kuat dan tumbuh," katanya.
KIK EBA GIAA01 merupakan instrumen sekuritisasi aset keuangan pertama di Indonesia yang menjadikan hak pendapatan atas penjualan tiket pesawat sebagai agunan. Pendapatan dari penjualan tiket yang diagunkan yaitu rute penerbangan Jeddah dan Madinah.
Penawaran KIK EBA ini mendapatkan respons yang positif dari investor karena struktur produk dan imbal hasil yang cukup menarik. Produk investasi ini memiliki total nilai sebesar Rp2 triliun yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B.
KIK EBA GIAA01 kelas A dilakukan melalui penawaran umum kepada investor strategis dan dilakukan melalui pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mendapat peringkat AA+ (double A plus) dari Pefindo dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,75 persen, tenor 5 tahun (tanggal jatuh tempo 27 Juli 2023) dengan nilai mencapai Rp1,8 triliun.
Sementara Untuk KIK EBA GIAA01 kelas B dilakukan melalui penawaran terbatas dengan nilai Rp200 miliar untuk tenor sejenis dan tingkat imbal hasil yang tidak tetap.
Dalam pembentukan KIK EBA GIAA01 ini, PT Mandiri Manajemen Investasi bertindak sebagai Manajer Investasi, bersama dengan Maybank Indonesia sebagai Bank Kustodian. Sedangkan agen penjual untuk produk itu yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT BCA Sekuritas, PT CGS-CIMB Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas. (Syam S)